"Emang mau nanya apa ?"
"Adakah peluang untukku menjadi pengganti ayahnya Azka ?"
Dessy diam, dipandangnya Catur, dia senyum sendiri sambil memandang Catur, mereka diam karena pesanan mereka sudah datang.
"Makan dulu, ah." Kata Dessy
Mereka berdua menikmati hidangan yang sudah tersedia, sesekali terlihat Dessy menghapus keringat yang ada karena sajiannya terlalu pedas. Pedas tapi enak.
Semua hidangan sudah ludes mereka santap berdua, Catur memberi isyarat ke Dessy untuk membungkus buat Azka, bibi dan pengawai di butik, tapi Dessy bilang tidak usah, di rumah makanan tadi masih banyak.
Setelah cukup santai sehabis menikmati hidangan, Catur kembali bertanya.
"Gimana Des, peluang ku ?"
"Bagusnya Catur mikir seribu kali deh, lebih baik mungkin kalau kita berteman seperti ini." Kata Dessy
"Aku sudah fikirkan, bahkan sudah diskusi sama orang tua di Brebes, prinsip mereka setuju, terserah aku, yang penting orangnya baik dan sayang sama aku."
"Aku khawatir nanti Catur banyak kecewanya."