"Baik pak, terima kasih," kata Catur sambal berdiri dan menuju pintu keluar.
Ya, kejadian tadi sore masih tergiang di kepala Catur, dikejutkan lagi dengan tilpun barusan, si bos minta di temani joging di lapangan Sempur, selama lima belas tahun dia bekerja disini, belum pernah si bos mengajaknya untuk berolah raga dan belum pernah juga dia melihat bosnya berolah raga, dia rebahkan kepalanya dibantal sambal terus mengingat kejadian-kejadian aneh yang dibuat bosnya dalam dua minggu terakhir ini.
Lamunanya melayang kembali ke lima belas tahun yang lalu, saat dia baru menginjakan kaki di perusahaan ini, sesuai dengan pendidikannya dia di tempatkan di bagian designer, waktu itu perusahaan ini belum begitu maju seperti sekarang ini, pegawai saja baru tujuh orang termasuk si bos, ini perusaan pribadi, bergerak di bidang percetakan dan advertising.
Kantornya dulu masih menyewa disebuah ruko, sekarang kantor sudah milik sendiri, dengan luas sekitar 1,5 hektar posisi sangat strategis, sudah memiliki tiga puluh lima orang pegawai, kendaraan operasional sudah empat buah, perusahaan yang berkembang pesat dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama.
Si bos memiliki seorang istri dan dua orang anak yang masih kecil, yang besar Sekolah Menengah Pertama kelas 2 dan yang kecil kelas 4 Sekolah Dasar.
Istri seorang Jawa tulen, ibu rumah tangga, yang masih sangat belia usia baru tiga puluh tahun.
Catur tetap menerawang, seraya memejamkan mata, kini dia tidur dengan lelap.
Edtri,30042019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H