Mungkin, untuk yang ketujuh kalinya dalam satu bulan terakhir ini, Catur di Tilpun oleh CEO kantornya, Pak Markus Susilo, kalau di tilpun sih sebenarnya sering, tapi ini jam sebelas malam, kalau masalah kerjaan masih bisa sebenarnya besok pagi.
Catur masih membutuhkan waktu lima jam lagi untuk membuka kelopak matanya, sangat berat sekali, yang ia ragukan paling Pak Markus sama seperti malam-malam sebelumnya, hanya pengen ngobrol, dan itu tidak ada sangkut pautnya dengan kerjaan, itu yang membuat dirinya malas untuk mengangkat tilpunnya.
Tanpa sedikitpun rasa ikhlas, Catur tepiskan guling yang di peluknya untuk mengangkat tilpun untuk kali ke lima berdering.
"Ya, Pak."
"Maaf membangunkan kamu malam-malam?"
"Ngak, apa pak, ada apa pak."
"Besok temani saya joging di sempur jam enam ya?"
"Eh,...Iya, pak."
Hanya itu pembicaraan ditelpun, dan dari seberang sana langsung mematikan hand Phone, Catur duduk termenung di sisi tempat tidur, ia bigung dengan CEO satu-satunya di kantornya, sudah dua minggu ini, membuat hal-hal yang aneh menurut nalurinya, dia teringat akan kejadian tadi sore sebelum pulang kerja, Kang Ilos office  Boy di kantor menghapirinya.
"Bapak, dipanggil pak bos keruangan."
"Kapan."