Diserangdengan bom, hanya menderita luka
23 Juli 2011
Darioush Rezaei
Tewas ditembak tepat di tenggorokan di depan putrinya di Teheran.
12 November 2011
Jenderal Hassan Therani Moghaddam (Kepala program riset rudal Iran)
Hasan dan 17 pegawai tewas, akibat serangan pada instalasi pembuatan rudal balistik di Bidganeh
11 Januari 2012
Mostafa Ahmadi Roshan (Direktur fasilitas pengayaan uranium Natanz)
Tewas akibat serangan bom mobil yang ditempelkan oleh dua pengendara motor
Duta Besar Iran untuk PBB, Eshagh Al Habib, dalam pidatonya di depan DK PBB tanggal 19 Januari 2012, mengatakan ada indikasi kuat bahwa para "teroris" pembunuh Ahmadi-Roshan berhasil melakukan aksi kejinya berkat informasi yang diperoleh dari sejumlah badan PBB dan IAEA (International Atomic Energy Agency). Iranhanya memberikan data soal program nuklirnya kepada IAEA, termasuk nama-nama pakar nuklir yang dimiliki Iran.
ACIS (Arabic Center for Iranian Studies), sebuah Pusat Pengkajian Iran di Arab mengatakan para pemeriksa dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah menyerahkan nama-nama ilmuwan nuklir Iran ke Mosad. Sebuah media Jerman, Derspiegel, mengatakan hal serupa berdasar informasi yang layak dipercaya.
Intelejen Iran melaporkan bahwa sejaksetahun ini, skala dan kualitas serangan lebih masif. Pada bulan Mei 2011, Iran menangkap 30 orang yang melakukan kegiatan spionase untuk AS. Pada 17 Desember 2011, Kementerian Intelijen Iran juga mengumumkan telah menangkap seorang mata-mata yang merupakan staf analis CIA yang bertugas menembus aparat intelijen Iran.
Amerika juga mengirimkan pesawat mata-mata paling canggih yang dimilikinya, yaitu RQ-170 Sentinel. Namun pada 4 Desember 2011 Iran berhasil menangkap RQ-170 dengan kerusakan minim. Amerika minta pesawatnya dikembalikan, tapi Iran mengembalikannya dalam bentuk replika berukuran 1/80 dari ukuran aslinya yang telah diproduksi masal dan dijual luas sebagai mainan anak-anakseharga US$ 4 dolar (Rp 36 ribu). Selain akan mengembangkan pesawat serupa, Iran juga berniat memberikan prototypenya ke Rusia dan China, dua negara raksasa yang juga musuh besar Amerika.
RQ-170 adalah pesawat mata-mata tanpa awak yang dirancang sebagai pesawat siluman yang tak terlacak radar. RQ-170 dibuat oleh Lockheed Martin AS dengan panjang 26m, lebar 4,5m dan tinggi 1,84m, dilengkapi sistem pengumpulan data modern di bidang elektronik, visual, komunikasi, dan sistem radar. Kemampuan Iran melacak dan menangkap RQ-170 dalam keadaan utuh mengejutkan dunia. Selama ini dipercaya bahwa penguasaan terknologi tersebut masih terbatas pada Amerika dan Israel. Tetapi Iran mampu meladeni perang elektronik dari kedua negara tersebut. Bahkan pesawat sejenis dengan teknologi yang lebih canggih milik Israel, baru-baru ini juga jatuh ketika tengah dalam persiapan melakukan tugasnya ke Iran. Eric Schmidt, CEO Google Inc, dalam wawancara dengan CNN mengakui kemampuan luar biasa dari para ahli perang cyber Iran, terutama keberhasilannya menangkap RQ-170.
Embargo Gagal, Amerika Siapkan Perang
Berbagai perang ekonomi yang dilancarkan Amerika dan sekutunya sejak 1980 hingga saat ini, tidak banyak menuai hasil. Juga dengan sangsi terbaru yang diharapkan membuat berbagai negara memutuskan hubungan dagang dengan Iran. Pada 26 Januari 2012, India tetap mendatangkan minyak dari Iran yang merupakan pemasok 12 persen dari kebutuhan minyak mentah India. Untuk transaksi ini India membayar dengan mata uang rupee yang kemudian dapat digunakan oleh Iran untuk membayar berbagai impor dari India. Sebelumnya India menggunakanUS $ untuk membayar minyak Iran. Pada 3 Februari 2012, Cina juga mengirim dua supertanker untuk membawa sekitar 2 juta barel minyak mentah dari Iran ke Pulau Khark, Cina. Dua kapal lainnya, Davar dan Hoda, juga telah berada di terminal minyak Iran untuk mengangkut 2,4 juta metrik ton minyak mentah menuju Cina.
Damai mungkin jalan terbaik, tapi sengketa selama 32 tahun nampaknya membuat Amerika sudah kehabisan kesabaran. Akankah kedua belah pihak menyelesaikan urusannya di Selat Hormuz pada Juli nanti?? (misbach zakaria)