Takdir yang Mutlak
Jabariyah mengajarkan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, baik itu peristiwa besar maupun perbuatan manusia, sudah ditentukan oleh Allah sejak awal. Manusia tidak memiliki kebebasan untuk mengubah takdir atau memilih tindakan mereka secara bebas. Semua perbuatan manusia adalah bagian dari kehendak Allah yang tidak dapat diganggu gugat.
Kehendak Allah yang Tak Terbatas
Dalam pandangan Jabariyah, kehendak Allah tidak terbatas oleh waktu atau ruang. Allah adalah penguasa mutlak yang menentukan segala sesuatu, baik itu peristiwa alamiah maupun tindakan manusia. Pemikiran ini menegaskan bahwa tidak ada satu pun yang terjadi tanpa izin dan kehendak-Nya.
Tidak Ada Kebebasan untuk Memilih
Konsep penting lainnya dalam Jabariyah adalah penolakan terhadap kebebasan manusia untuk bertindak. Menurut aliran ini, manusia tidak memiliki kebebasan memilih antara baik atau buruk. Semua tindakan manusia, baik yang tampaknya baik maupun buruk, adalah hasil dari takdir yang telah digariskan oleh Allah.
Kritik terhadap Pemikiran Jabariyah
Pemikiran Jabariyah, meskipun berpengaruh, juga mendapat kritik yang tajam dari berbagai aliran teologi Islam. Kritik utama terhadap aliran ini adalah bahwa ia mengurangi tanggung jawab moral manusia dan menciptakan sikap fatalistik. Jika semua perbuatan manusia sudah ditentukan oleh Allah, maka tidak ada alasan bagi manusia untuk berusaha atau memperbaiki nasib mereka.
Qadariyah
Aliran Qadariyah menekankan kebebasan kehendak manusia, yang bertentangan langsung dengan pandangan Jabariyah. Aliran ini berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan untuk memilih perbuatannya dan bertanggung jawab atas tindakannya, baik di dunia maupun di akhirat.
Mu'tazilah
Mu'tazilah, yang lebih moderat dibandingkan Qadariyah, mengakui adanya kebebasan dalam bertindak, namun tetap menekankan bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu. Mereka berpendapat bahwa manusia diberi kebebasan untuk memilih, tetapi tetap dalam kerangka takdir Allah.
Ahli Sunnah wa al-Jama'ah
Beberapa kalangan dalam Ahli Sunnah mengembangkan pandangan yang lebih moderat, menekankan keseimbangan antara takdir Allah dan kebebasan kehendak manusia. Pandangan ini mengakui bahwa meskipun Allah menentukan segala sesuatu, manusia tetap memiliki peran dalam memilih dan berusaha.
Perkembangan Pemikiran Jabariyah
Pada abad-abad berikutnya, pemikiran Jabariyah mulai mengalami penurunan seiring munculnya aliran Ash'ariyah yang mencoba menjembatani antara kebebasan kehendak manusia dan takdir Allah. Imam al-Ash'ari (w. 935 M) mengembangkan teori tentang "kasab" yang menyatakan bahwa perbuatan manusia adalah hasil dari usaha mereka, namun tetap dalam kerangka takdir Allah yang lebih besar.
Meskipun aliran Jabariyah tidak lagi dominan dalam dunia Islam, pengaruhnya tetap terasa dalam beberapa kelompok yang menganut pandangan deterministik dan fatalistik. Beberapa tokoh modern juga mengkaji pemikiran Jabariyah dalam konteks diskursus teologis dan filsafat Islam.