Mohon tunggu...
Mirza Adi Prabowo
Mirza Adi Prabowo Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Aktifitas sehari-hari saya adalah menjadi seorang Psikolog Klinis. Saya sangat mencintai dunia Psikologi dan Fotografi mengapa? Karena keduanya saling melengkapi dalam kehidupan yang saya lakoni. Fotografi mampu menggambarkan kondisi psikologis yang kadang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata dan kalimat. www.mirzaadi.my.id

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Dinamika "Cropping" dan Efek "Blur" dalam Fotografi

19 Juli 2016   10:40 Diperbarui: 19 Juli 2016   14:30 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Judul : Sederhana II Photo by Mirza Adi Prabowo

Cropping dan efek blur merupakan istilah fotografi yang jarang sekali disandingkan, mungkin bisa dikatakan dua teknik yang berbeda bab jika kita berbicara dalam buku. Di sini akan disandingkan keduanya menjadi pilihan teknik fotografi sederhana sebelum kita menekan shutter pada kamera.

Apa itu cropping?

Menurut Wikipedia, Cropping adalah penghapusan bagian sudut dari suatu gambar untuk memotong/mengambil/mengeluarkan sebagian isi dari gambar guna memperoleh hasil yang diinginkan. Bahasa sederhananya adalah salah satu teknik fotografi untuk menghilangkan obyek yang dinilai tidak relevan dengan obyak utama. Cropping dapat dilakukan dengan dua hal yang pertama dengan menggunakan kamera dengan cara melakukan zoom pada lensa dan yang kedua melalui software editing foto (di luar kamera).

Apa itu blur?

Blur diambil dari bahasa Inggris yang artinya tidak jelas, istilah blur ketika dapat dihasilkan dengan lensa diafragma besar (1,4/1,8/2,8 dst) dalam bahasa populernya dihasilkan jika pemotret menggunakan lensa dengan bukaan besar, blur dapat terjadi ketika seseorang memotret obyek yang kurang cahaya dan menggunakan kecepatan lambat.

Sering kali kita mendengar istilah cropping, kata ini sering terdengar ketika para fotografer melihat atau sedang mengamati sebuah foto. Wah.. bagus nih fotonya, tapi sayang cropping nya terlalu ketat, ini fotonya keren kalau di-crop, nah suara-suara itulah yang kadang sering menjadi backsound fotografer ketika menikmati sebuah foto.

Banyak cerita dan ulasan mengenai betapa hebatnya teknik cropping ketika digunakan secara benar, foto Che Guevara yang fenomenal adalah foto dari hasil cropping dan menjadi kiblat semangat perjuangan seluruh dunia. Kita di sini tidak akan membahas keberhasilan seorang Alberto Corda menggunakan cropping untuk mengeliminasi obyek yang mengganggu dalam foto fenomenalnya di Amerika Latin sana, kita akan kembali ke fotografi yang ada di Indonesia.. hmm masih terlalu jauh dan muluk-muluk, kita kembali ke fotografi pada umumnya saja dan ternyata masih sangat gaya, yap... kita kembali pada kamera yang kita punya saja, kita bahas hal yang sederhana saja mengenai teknik cropping dan blur dengan obyek di sekitar kita.

Tuhan menciptakan view yang begitu luasnya, tetapi produsen kamera hanya membuat kotak kecil bernama viewfinder dengan ukuran kurang lebih 1,8 inch atau hanya membuat LCD kamera berkisar 2-3,5 inchi sehingga pemotret harus bijak dalam memilih obyek yang akan dimasukkan dalam frame kamera, nah di sinilah teknik cropping dan blur akan kita pakai ketika akan memotret.

Cropping akan berperan menghilangkan obyek yang mengganggu obyek utama yang akan kita foto, teknik cropping dapat kita gunakan apabila elemen foto di sekitar POI sudah tidak dapat membangun obyek utama, elemen foto di sekitar POI tidak memberikan informasi tambahan terhadap obyek utama dan elemen foto di sekitar POI mengalihkan perhatian sehingga obyek utama menjadi bias. 

Tetapi beberapa fotografer berkreasi memainkan teknik cropping dengan sengaja menghilangkan elemen pembangun obyek utama untuk memberikan kesan dramatis dan teka-teki dalam sebuah foto. Apakah yang hal itu salah? Jawabannya adalah tidak ada yang melarang bereksperimen untuk membangun informasi dalam sebuah foto.

Sebagai contohnya kita bisa lihat foto di bawah ini, 

Foto Pertama

Dalam proses pembuatan foto di atas, saya menggunakan teknik cropping dari kamera tanpa menggunakan software dari media komputer. Foto ini telah menghilangkan banyak elemen/obyek yang saya rasa mengganggu obyek utama. Di sebelah kiri obyek foto terdapat parkir kendaraan bermotor di pinggir jalan yang sangat tidak tertata rapi, di sebelah kanan obyek ada mobil berjalan, di atas ada becak tepat di belakang obyek utama dan di bawah/depan obyek foto terdapat pejalan kaki yang menyeberang jalan.

Obyek di luar obyek utama saya hilangkan dengan harapan akan memberikan kesan seorang bapak-bapak bersepeda sendirian di jalanan, itulah hasil foto akhir yang ingin saya gambarkan. Apa yang terjadi ketika saya tidak mengeliminasi obyek di sekitar obyek utama? Saya rasa keinginan saya untuk menggambarkan foto seperti yang saya inginkan akan menjadi bias bahkan meleset dari yang saya harapkan.

Foto Kedua

Judul : Sederhana II Photo by Mirza Adi Prabowo
Judul : Sederhana II Photo by Mirza Adi Prabowo
Foto ini sengaja dibuat dengan melakukan crop pada bagian tubuh obyek yang sebenarnya tidak mengganggu obyek utama dan pesan yang ingin disampaikan dalam foto, pemilihan crop ketat dimaksudkan untuk memberikan kesan teka-teki atau misterius.

Blur dengan cropping mempunyai kesamaan, bukan berarti kedua teknik tersebut identik. Blur dan cropping secara umum sama-sama berfungsi untuk mengisolasi elemen/obyek di sekitar obyek utama atau POI. Pilihan menggunakan blur untuk mengisolasi obyek lebih pada menyamarkan elemen/obyek foto di sekitar obyek utama/POI dalam taraf tertentu untuk membangun informasi sebuah foto.

Diafragma lensa menjadi proses mekanik yang penting dalam pembuatan efek blur. Seberapa pekat efek blur dihasilkan untuk menyamarkan obyek foto ditentukan oleh angka-angka dalam diafragma kamera. Teori dasarnya adalah semakin besar bukaan diafragma lensa (angka kecil) maka ruang tajam yang dihasilkan semakin sempit dengan kata lain blur yang dihasilkan semakin pekat. Sebaliknya, jika semakin kecil bukaan diafragma lensa (angka besar), ruang tajam yang dihasilkan akan semakin lebar dengan kata lain blur tidak terlalu pekat. Sehingga efek blur dapat kita gunakan jika elemen/obyek di luar obyek utama masih dapat kita manfaatkan sebagai elemen pendukung informasi obyek utama meskipun terlihat samar.

aperture-2-578d9f94cf92738f044a0ab9.jpg
aperture-2-578d9f94cf92738f044a0ab9.jpg
Judul : Selfie II Photo by Mirza Adi Prabowo
Judul : Selfie II Photo by Mirza Adi Prabowo
Foto di atas, efek blur sengaja dilakukan untuk menyamarkan obyek di luar obyek utama, latar belakang yang diberikan efek blur masih dapat dimanfaatkan sebagai elemen pembangun cerita dalam foto sehingga tidak dihilangkan, namun disamarkan.

Sehingga pemilihan teknik cropping dan efek blur sudah dapat kita tentukan sebelum kita memotret, sederhananya cropping dapat kita gunakan jika elemen/obyek di luar obyek utama sudah tidak dapat kita manfaatkan untuk membangun informasi sebuah foto dan efek blur dapat kita gunakan jika elemen/obyek foto di luar obyek utama dapat membantu memberikan informasi obyek utama dalam sebuah foto.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun