Mohon tunggu...
Muhammad Irfan Hilmy Yusuf
Muhammad Irfan Hilmy Yusuf Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Writer @ Alodokter.com. Microbiologist, Penggemar Film dan Serial berkualitas, pembaca buku. Biasa menulis di situs Alodokter.com dan mirfanhy.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan featured

Menjawab Keraguan terhadap Vaksinasi (Bagian 1)

10 April 2017   10:39 Diperbarui: 14 Desember 2020   09:57 1776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi vaksinasi. (AP/Peter Hamlin via kompas.com)

Data-data berikut menunjukkan perubahan jumlah kasus penyakit infeksi sebelum dan sesudah vaksinasi dilakukan

Grafik penurunan kasus Hepatitis A di Amerika Serikat, tahun 1966-2011. Source : Center of Disease Control and Prevention. Epidemiology And Prevention of Vaccine-Preventable Disease. Edisi 13. April 2015.
Grafik penurunan kasus Hepatitis A di Amerika Serikat, tahun 1966-2011. Source : Center of Disease Control and Prevention. Epidemiology And Prevention of Vaccine-Preventable Disease. Edisi 13. April 2015.
Grafik penurunan kasus penyakit cacar di Amerika Serikat, tahun 1950-2011. Source : Center of Disease Control and Prevention. Epidemiology and Prevention of Vaccine-Preventable Disease. Edisi 13. April 2015
Grafik penurunan kasus penyakit cacar di Amerika Serikat, tahun 1950-2011. Source : Center of Disease Control and Prevention. Epidemiology and Prevention of Vaccine-Preventable Disease. Edisi 13. April 2015
Grafik penurunan kasus polio di Amerika Serikat tahun 1950-2011. Source : Center of Disease Control and Prevention. Epidemiology and Prevention of Vaccine-Preventable Disease. Edisi 13. APril 2015
Grafik penurunan kasus polio di Amerika Serikat tahun 1950-2011. Source : Center of Disease Control and Prevention. Epidemiology and Prevention of Vaccine-Preventable Disease. Edisi 13. APril 2015
Peta persebaran virus polip bebas secara global tahun 1988 dan tahun 2012. Source : Center for Disease Control and Prevention. Epidemiology and Prevention of Vaccine-Preventable Disease. Edisi 13. April 2015
Peta persebaran virus polip bebas secara global tahun 1988 dan tahun 2012. Source : Center for Disease Control and Prevention. Epidemiology and Prevention of Vaccine-Preventable Disease. Edisi 13. April 2015
Dari data penyebaran ketiga penyakit tersebut dapat kita simpulkan bahwa tidak diragukan lagi vaksinasi dapat menekan terjadinya kasus penyakit infeksi yang dapat dicegah (Vaccine Preventable Disease). 

Oleh karena itu, tidak dapat dibantah lagi bahwa vaksin merupakan suatu program yang harus dilakukan oleh setiap orang saat ini. Bukan hanya untuk menjaga diri sendiri dari penyakit tetapi juga menjaga agar kasus penyakit-penyakit infeksi tersebut tidak muncul kembali.

Mengapa tetap harus dilakukan vaksinasi? Toh saat ini penyakit-penyakit akibat infeksi patogen sudah jarang terjadi

Betul sekali bahwa saat ini, jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah oleh vaksinasi (VPD) sudah jauh berkurang dibandingkan beberapa puluh tahun yang lalu. Akan tetapi, sumber dari penyakitnya sendiri seperti virus dan bakteri tidak punah sama sekali. 

Virus dan bakteri penyebab VPD masih hidup bebas di alam dan dapat menginfeksi siapa saja yang tidak memiliki kekebalan terhadap patogen tersebut. Sebagai contoh, di Jepang pada tahun 1974 jumlah anak yang diberikan vaksin pertusis saat itu adalah sekitar 80 % dari total jumlah anak di jepang. 

Hasil survei kesehatan pada tahun tersebut menyebutkan data bahwa kasus penyakit pertusis adalah 393 kasus dan tidak ada kematian yang diakibatkan pertusis. Akan tetapi pada tahun 1979, jumlah anak yang mendapatkan vaksinasi pertusis menurun hingga hanya mencapai 10 % dari total anak. 

Pada tahun 1979 didata bahwa lebih dari 13.000 kasus pertusis dengan korban meninggal mencapai 41 orang. Setelah kejadian tersebut, vaksin pertusis kembali dirutinkan setiap tahun sehingga penyebaran pertusis di jepang dapat dikendalikan.

Fungsi lain dari melakukan vaksinasi secara rutin adalah untuk melindungi orang-orang yang memiliki masalah imunitas sehingga tidak boleh divaksinasi (immunocompromised). 

Orang dengan kondisi immunocompromised tidak dapat diberikan vaksinasi tertentu sehingga memiliki risiko terinfeksi salah satu penyakit VPD. Salah satu contohnya adalah penderita Sindrom Wiskot-Aldrich yang memiliki kelainan sistem imun dan diturunkan secara genetis. 

Penderita sindrom tersebut tidak boleh diberikan vaksin yang dibuat dari patogen hidup seperti vaksin pneumokokal atau meningokokal. Sebagai dampaknya, penderita Sindrom Wiskott-Aldrich rentan terkena penyakit tersebut jika di lingkungan sekitarnya terdapat penderita pneumokokal atau meningokokal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun