Uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang. Tetapi bukan dengan merampas uang rakyat. Uang dari rakyat yang harusnya bisa di pergunakan untuk hal-hal yang ada di negara ini, malah di pergunakan untuk keperluan pribadi mereka. Miris sekali bukan?
Ini bukannya sudah masuk Politik uang? Politik uang atau politik perut adalah suatu bentuk pemberian atau janji seseorang baik supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia menjalahkan haknya dengan cara berbentuk pada saat pemilihan umum.
Pasal 73 ayat 3 Undang Undang No. 3 tahun 1999 berbunyi:
"Barang siapa pada waktu diselenggarakannya pemilihan umum menurut undang-undang ini dengan pemberian atau janji menyuap seseorang, baik supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia menjalankan haknya dengan cara tertentu, dipidana dengan pidana hukuman penjara paling lama tiga tahun. Pidana itu dikenakan juga kepada pemilih yang menerima suap berupa pemberian atau janji berbuat sesuatu."
Â
Jika politik uang telah dijalankan untuk masyarakat. Siapa yang salah? Dua-duanya salah, di saat mencoblos, kalian memilih orang yang memberikan kalian uang tanpa mengetahui apakah mereka orang yang bertanggung jawab. Jika para pasangan calon memberi satu orang Rp 100.000 maka sepuluh orang sudah mencapai satu juta. Tentu mereka tidak hanya ingin 10 suara saja, mungkin lebih dari 100 suara yang mereka inginkan supaya menang. Dari mana kah uang mereka? Â Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang timbul di pikiran kita.
Jika sudah dipilih nanti timbul berita mereka korupsi, siapa yang di salahkan? Pasti pemerintah.
Ketika mantan narapidana korupsi mencalonkan diri, Apa yang harus kita lakukan saat ini? Keputusan telah di buat dan kita sebagai masyarakat berhak untuk tidak memilih mereka. Negara di khianat, rakyat di khianat lalu untuk apa di pilih lagi?
Saya buka menghasut, hanya saja apa pantas seorang mantan korupsi mencalon kan diri lagi? bagaimana negara bisa terbebas dari korupsi jika wakil rakyat kita di isi dengan mantan narapidana korupsi.
Ayo bersama, kita dukung bebas korupsi, supaya negara kita lebih aman. Jauhkan korupsi yang ada, bangkitkan kejujuran, hapus kecurangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H