Dunia belajar anak-anak adalah aktivitas yang penuh ekspresi. Siswa madrasah yang berjumlah 6 ini harus menjadi percontohan untuk adik-adik kelasnya kelak.Â
Semakin hari mereka mulai memahami mengapa berkelahi itu kok sangat dilarang di madrasah. Guru membuat satu alat peraga bernama "Kebus Melayang".
Kebus itu sebenarnya alat untuk membersihkan jendela dari rumah laba-laba dan debu, tetapi disini guru menggunakannya untuk menjadi simbol pemisah jika ada siswa yang berkelahi. Dengan Kebus melayang angka perkelahian sudah sangat jarang.
Ada juga cara memusatkan perhatian siswa dengan motto belajar yaitu Fokus dan Semangat. Motto itu sampai saat ini terus dipakai untuk mengingatkan siswa yang tidak ingin kebus melayang menjadi konsekwensi yang menderanya. Kini sudah memasuki tahun angkatan ketiga siswa-siswi MI Thoriqul Huda Ranupani.Â
Jumlah semua siswanya sudah 22 dengan fasilitas gedung madrasah, dan baru memulai membangun toilet. Sementara siswa masih harus sabar dengan sarpras tetapi tetap fokus dan semangat belajar.Â
Suku Tengger !!.
Hal yang sangat tercermin dari budaya tidak boleh berkelahi di madrasah membuat setiap siswa merasa bersaudara dan tentram dalam belajar. Tentu etos kerja guru dalam mengawasi penerapan kedisplinan siswa menjadi kunci dari efektifitas penerapan budaya belajar tanpa ada perkelahian. Maju bersamaSalam Kemajuan Pendidikan di Kaki Gunung Semeru, Ranupane-Lumajang, Jawatimur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H