Untuk masuk ke kuil Sensoji sendiri tidak dipungut biaya masuk jadi mudah saja untuk menjadikan kuil Sensoji sebagai destinasi wisata yang bersahabat dengan kondisi dompet.
Dari Kaminarimon menuju bangunan utama kuil berjarak sekitar 250 meter. Disepanjang jalan menuju kuil, terdapat kawasan berbelanja yang bernama Nakamise Street Asakusa yang sangat populer di Asakusa. Kami menjumpai berbagai macam barang yang dijajakkan disana mulai dari roti berbentuk melon atau yang biasa disebut oleh orang Jepang sebagai melonpan, omikuji (ramalan dengan sistem seperti undian yang ditulis di kertas kecil dan digulung, kemudian dimasukkan ke alat yang terbuat dari kayu), kipas, cheese cake, hingga rental kimono yang dapat dipinjam ketika berkunjung ke kuil dan berfoto didepan Kaminarimon.
Sebelum pergi ke kuil utama, kami singgah di tempat yang bernama osuisha. Di dalam osuisha, terdapat sebuah kolam dengan patung naga yang mengeluarkan air dari mulutnya yang disebut ryushinzo. Dengan meniru orang di dekat kami, kami membasuh tangan dan juga berkumur dengan air dari kolam tersebut menggunakan centong air yang terbuat dari kayu. Hal ini dilakukan guna menyucikan diri sebelum masuk ke aula utama kuil.
 Setelah mensucikan diri menggunakan air dingin dari osuisha, kami pergi ke kuil utama. Untuk mencapai aula utama kuil kami harus melewati puluhan anak tangga. Sebelum sampai ke aula utama, kami melewati tempat yang bernama jokoro, yaitu sebuah tempat dupa yang diyakini oleh orang sekitar dapat menyembuhkan penyakit.
Akhirnya setelah menapaki puluhan anak tangga, kami sampai di aula utama kuil. Ketika kami bertanya kepada orang di sebelah kami yang ternyata merupakan orang Indonesia, dia mengatakan bahwa disini merupakan tembau dari dupa yang dibakar masih menggelitik penciuman saya bahkan ketika saya sudah sampai di aula utama kuil.Â
Di dalam aula terlihat sebuah kotak sumbangan besar dengan lonceng bertali di atas nya dan juga atung dewa Kannon-sama di belakang kotak sumbangan tersebut. Sebelum berdoa, mereka memasukkan uang ke dalam kotak sumbangan raksasa. Lalu mereka akan membungkuk dua kali sebelum kemudian menyatukan tangan di depan dada. Walaupun saya beragama islam, saya dan kakak saya ikut berdoa disana untuk menghormati tradisi orang Jepang. Toh merasakannya sendiri lebih seru dibandingkan hanya membaca atau menonton di acara tv pikir saya.
Matahari sudah berada tepat diatas kepala usai keluar dari kuil utama. Saya dan kakak saya memutuskan untuk pergi membeli makanan sedangkan ibu dan ayah saya pergi ke halaman depan kuil untuk mengikuti kelas menyeduh teh ala warga Jepang.
     Â
Lihat Trip Selengkapnya