Mohon tunggu...
Muhammad Ali
Muhammad Ali Mohon Tunggu... Lainnya - Berdaulat Atas Diri Sendiri

AKU MENULIS, MAKA AKU ADA

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Tertinggal? Hegel dan Marx dalam Mencari Jawaban atas Krisis Sosial Global!

3 Februari 2025   09:47 Diperbarui: 3 Februari 2025   10:17 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Becoming (Menjadi): Becoming adalah tahap perubahan dinamis yang terjadi ketika Being dan Nothing saling berinteraksi. Menurut Hegel, dari kontradiksi antara Being dan Nothing inilah muncul Becoming—suatu proses yang terus bergerak dan berkembang. Ini adalah tahap dinamis, yang menjadi dasar dari segala sesuatu yang ada di dunia, di mana segala sesuatu berkembang, berubah, dan bergerak menuju sintesis yang lebih tinggi.

Misalnya, dalam konteks perubahan sosial, kita bisa lihat bagaimana konsep ini bekerja. Sebuah keadaan sosial yang ada saat ini (misalnya ketidaksetaraan sosial) adalah Being, kondisi yang ada dalam masyarakat. Namun, ketidaksetaraan ini tidak bisa bertahan selamanya karena pada titik tertentu akan muncul kontradiksi (misalnya, ketidakpuasan di kalangan kelas bawah atau munculnya kesadaran kelas proletariat). Hal ini menciptakan Nothing, yang menunjukkan bahwa kondisi yang ada tidak dapat dipertahankan lebih lama. Maka, dari ketegangan ini, lahirlah Becoming—proses perubahan menuju suatu tatanan sosial yang baru, di mana kelas pekerja bisa bangkit dan menggulingkan sistem yang ada, seperti yang dijelaskan oleh Marx. Dalam dialektika Hegel, ini adalah contoh bagaimana kontradiksi ide (dalam hal ini ide mengenai keadilan sosial dan ketidaksetaraan) akan bergerak menuju sintesis, menciptakan masyarakat yang lebih adil.

Karl Marx (Sumber: flickr.com)
Karl Marx (Sumber: flickr.com)

Pemikiran Marx: Materialisme Dialektik dan Perjuangan Kelas

Sementara Hegel lebih fokus pada perubahan ide, Karl Marx mengajukan pandangan yang jauh lebih materialistik tentang bagaimana dunia berubah. Menurut Marx, perubahan sosial tidak terjadi karena ide-ide atau gagasan yang berkembang, melainkan karena perubahan dalam kondisi material—khususnya struktur ekonomi dan hubungan kelas dalam masyarakat. Marx berpendapat bahwa dalam sistem kapitalisme, hubungan antara pemilik modal (kapital) dan pekerja selalu berada dalam konflik yang mendalam.

Marx mengembangkan teori materialisme dialektik, yang menekankan bahwa sejarah umat manusia adalah sejarah perjuangan kelas. Setiap sistem ekonomi—termasuk kapitalisme—menciptakan ketimpangan antara kelas-kelas sosial yang memiliki akses berbeda terhadap sumber daya. Ketika kelas-kelas yang tertindas mulai menyadari ketidakadilan ini, mereka akan mengorganisir diri dan melakukan perlawanan untuk menggulingkan sistem yang ada. Perjuangan kelas ini merupakan kekuatan penggerak utama bagi perubahan sosial, bukan karena ide atau gagasan yang berkembang.

Menurut Marx, revolusi sosial hanya bisa terjadi ketika kelas buruh, yang memiliki kapasitas untuk memproduksi namun tidak memiliki kepemilikan atas alat produksi, menyadari potensi kolektif mereka dan berjuang untuk mengubah struktur ekonomi yang ada. Ketika ini terjadi, struktur masyarakat akan berubah, dan sistem yang lebih adil akan muncul. Marx meyakini bahwa perubahan sosial tidak akan datang melalui transformasi ide, tetapi melalui aksi material dan perjuangan kelas.

Perbandingan Keduanya: Idealistik vs Materialistik

Walaupun baik Hegel dan Marx sama-sama menggunakan dialektika sebagai metode untuk memahami perubahan sosial, pendekatan mereka sangat berbeda. Hegel lebih menekankan peran ide dan gagasan dalam membentuk sejarah. Bagi Hegel, konflik ide—yang terjadi antara tesis dan antitesis—mendorong terjadinya perubahan dalam pemikiran manusia, yang pada gilirannya dapat mengubah struktur sosial.

Sebaliknya, Marx berpendapat bahwa perubahan sosial disebabkan oleh perubahan dalam kondisi material—bukan perubahan ide. Dalam pandangan Marx, struktur ekonomi adalah yang menentukan bagaimana hubungan sosial dan kekuatan politik terbentuk. Konflik antara kelas-kelas yang ada, seperti antara pemilik modal dan buruh, adalah penyebab utama perubahan dalam masyarakat.

Namun, meskipun ada perbedaan yang signifikan, keduanya sepakat bahwa perubahan sosial tidak bisa dipahami dengan hanya melihat aspek statis dari masyarakat. Mereka berdua melihat proses dialektik—baik dalam ide maupun dalam material—sebagai proses yang berkelanjutan yang akan terus membentuk sejarah umat manusia.

Penerapan di Era Sekarang

Relevansi pemikiran Hegel dan Marx di dunia modern sangat besar, terutama dalam menghadapi krisis sosial global yang terjadi sekarang ini. Dalam era kapitalisme global yang didominasi oleh teknologi dan perusahaan besar, kita menyaksikan bagaimana struktur ekonomi menciptakan ketimpangan sosial yang semakin parah. Marx memberi kita alat untuk menganalisis bagaimana kapitalisme mengatur dunia ini dan bagaimana kelas-kelas yang tertindas berjuang untuk mengubahnya.

Namun, dalam dunia yang semakin terhubung dan saling bergantung ini, kita juga melihat bagaimana ide-ide baru yang berkembang di media sosial dan gerakan global—seperti kesetaraan gender, keadilan rasial, dan perubahan iklim—menjadi katalisator perubahan sosial. Dalam hal ini, pandangan Hegel tentang roh universal dan dialektika ide memberikan perspektif yang menarik: bahwa dunia berubah tidak hanya karena kondisi materi, tetapi juga karena perubahan dalam cara kita berpikir tentang masalah-masalah sosial ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun