Kamu berusaha terlihat kuat, sabar, harus berpikir positif dalam setiap hal. Berkecamuk emosi negatif kamu rasakan, tertekan, akan tetapi sebaliknya atmosfer di sekitarmu berbeda. Kamu rasakan semuanya seakan ‘be positive mind’. Ekspresi akan emosi negatifmu tak dapat kamu validasikan sendiri, kamu tolak dan tekan sekuatmu.
Toxic PositivityÂ
Toxic Positivity atau Kepositifan Toksik adalah bentuk perilaku seseorang yang secara terus-menerus, mendorong orang lain yang sedang tertimpa kemalangan untuk melihat sesuatu dari sisi baik, tanpa mempertimbangkan pengalaman yang dirasakan dan tanpa memberi kesempatan kepada orang lain untuk meluapkan perasaannya (Satriopamungkas B et. al, 2020)
Perilaku toxic positivity bisa terjadi kepada siapa saja, termasuk pada diri sendiri. Selalu berkata positif ke dirinya sendiri, sesama, tanpa disadari telah menjadi kebiasaan, membudaya di masyarakat. Mempunyai pola pikir secara positif itu baik, optimisme itu baik. Namun tidak perlu secara berlebihan, dan harus mengabaikan atau menolak perasaan yang seharusnya kita alami.
Toxic Positivity adalah emosi-emosi digambarkan sebagai perilaku dengan bentuk penolakan, penyangkalan, atau penggantian “pengakuan terhadap perasaan stres, kenegatifan, dan mungkin menjadi suatu trauma yang melemahkan seseorang (Sokal, Trudel, and Babb, 2020).
Selain itu, bila emosi negatif timbul dan dapat menjadi suatu gangguan kecemasan. Karena bentuk kecemasan merupakan salah satu gangguan psikologis, yang diikuti oleh timbulnya ketegangan otot, hiperaktif, dan kegelisahan pikiran. Adanya perasaan tak mampu, tak bisa memberikan sesuatu yang terbaik (King, L.A.,2008).
Pengertian lain dari toxic positivity adalah perilaku menarik pola pikir tetap dari standar yang tidak realistis bagi seseorang untuk mendapatkan penghargaan positif tanpa syarat (Wibowo, R.S, 2020). Selain perlunya melepaskan emosi yang dialami, seseorang perlu mencapai penerimaan dan respon emosional dari orang lain.
Apakah Nasehat Positif itu Toxic?
Umumnya nasehat berisi anjuran, ajakan, atau ungkapan yang baik, bersifat positif, dan membangun. Toxic positivity disebut sebagai toksik yang dianggap harus positif dan positif.Â
Emosi negatif dijadikan emosi positif. Semua sikap, perilaku, dan emosi dijadikan semuanya positif. Thinking Positive Thoughts itu keharusan, semuanya adalah baik, positif, sampai meracuni orang tersebut, termasuk orang-orang di sekitar, (Chen, C.H et al, 2021). Mengapa?
Alasannya adalah:
- Alaminya emosi positif dan negatif;
- Tidak ada hal yang mutlak dalam hidup ini;
- Tidak membangun, sebaliknya melemahkan/memperburuk;
- Tidak dapat menerima diri sendiri (self acceptance).