Pemilihan bambu menurut Purwanto karena bambu ibarat "emas" berwarna hijau yang memiliki banyak manfaat untuk kehidupan manusia. Bambu merupakan habitat bagi banyak sekali hewan, bambu juga mampu menyerap karbondioksida dan mampu melepaskan oksigen sekitar 30 -- 60 persen. Selain itu bambu bisa menyerap sekitar 90% air hujan, mencegah erosi dan bisa berfungsi sebagai alat-alat rumah tangga, kerajinan, kesenian dan sebagai bahan bangunan.
Sampai tulisan ini dibuat sudah ada 43 jenis bambu dari berbagai wilayan di Indonesia maupun dari beberapa negara ada di Arboretum Bambu Linuhung dengan total 400 pohon yang sudah ditanam. Setiap pohon tercantum barcode yang berisi data nama yang menanam, manfaat, jenis bambu dan tanggal penanamannya. Tujuannya adalah sebagai bentuk data digital yang dapat diakses kapanpun dan sebagai pembelajaran literasi digital bagi peserta didik.Â
Rencana ke depan akan dibangun banyak fasilitas di Arboretum Bambu Linuhung yang mengedepankan 5 fungsi yaitu sebagai tempat budidaya tanaman bambu, penelitian, pendidikan, ruang terbuka hijau dan area resapan air. Selain itu akan dibangun area permainan bambu, pedestarian panjang sekitar arboretum dan trek lari dan bersepeda dan fasilitas tersebut nantinya bisa digunakan oleh masyarakat entah itu untuk pendidikan maupun wisata edukasi. Jangka waktu Pembangunan ditargetkan minimal 5 tahun tentunya disesuaikan dengan banyaknya partisipasi masyarakat yang terlibat.
Partisipasi publik atau masyarakat tentunya sangat dibutuhkan. Setiap orang dapat menanam satu atau beberapa jenis bambu sebagai wujud Bakti ka Alam yang mengharmonisasikan kehidupan kita sebagai manusia dan alam bagi kelangsungan hidup kita sebagai manusia. Selain wujud Bakti ka Alam juga sebagai bentuk dukungan keberlangsungan Arboretum Bambu Linuhung Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta sebagai pusat pendidikan konservasi alam bagi generasi muda ditengah gempuran teknologi serta perkembangan zaman yang kian mengikis kepedulian terhadap lingkungan.
Adakah pembaca yang mau ikut berpartisipasi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H