Mohon tunggu...
Mira Miew
Mira Miew Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Purwakarta yang jatuh hati dengan dunia kepenulisan dan jalan-jalan

Menulis adalah panggilan hati yang Tuhan berikan. Caraku bermanfaat untuk orang banyak adalah melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Penggunaan Kanjut Kundang dalam Kegiatan Beas Kaheman Pendidikan Purwakarta

15 Desember 2022   16:47 Diperbarui: 16 Desember 2022   07:45 3543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bapak Dr. H. Purwanto, Kadis Pendidikan Purwakarta. Foto: dokumentasi SMPN 8 Purwakarta

Civitas SMPN 8 Purwakarta dan Kanjut Kundangnya foto bersama bareng Kadis Pendidikan. Foto: dokumentasi pribadi
Civitas SMPN 8 Purwakarta dan Kanjut Kundangnya foto bersama bareng Kadis Pendidikan. Foto: dokumentasi pribadi

Kanjut Kundang digunakan pula dalam acara pernikahan maupun kelahiran masyarakat Sunda. Dalam upacara pernikahan, Kanjut Kundang digunakan sebagai tempat menyimpan uang logam yang akan disawerkan kepada tamu yang hadir. 

Sedangkan dalam Kelahiran Bayi, Kanjut Kundang digunakan dalam Upacara Puput Puseur yaitu proses pemotongan tali pusar bayi yang disertai dengan tradisi membagikan bubur merah dan bubur putih sebagai simbol sang bayi telah mempunyai nama. 

Tali pusar bayi setelah lepas kemudian oleh sang ibu dimasukkan ke dalam Kanjut Kundang yang telah diisi beras dan uang logam. Kanjut Kunjang tersebut kemudian disimpan lemari ataupun di tempat yang sekiranya aman untuk menyimpan Kanjut Kundang. 

Makna dari Kanjut Kundang tersebut dalam prosesi ini adalah agar sang bayi kelak bisa hidup akur, rukun maupun sejahtera.

Kanjut Kundang kemudian menjadi inovasi baru dalam pembelajaran Beas Kaheman karena selain mengandung makna sejahtera karena di dalamnya terdapat beras yang kemudian dibagikan pada mereka yang tidak mampu namun yang utama adalah untuk mengurangi penggunaan kantong plastik. 

Siswa sejak SD dan SMP di didik untuk mengurangi penggunaan sampah plastik karena sampai plastik merupakan bahan yang paling susah diurai dan sangat mencemari lingkungan. Hal ini sesuai dengan sistem sekolah di Purwakarta yang tidak hanya harus ramah anak namun juga ramah lingkungan.

Kanjut Kundang atau kain kecil yang digunakan untuk membawa beras tentunya harus dibuat oleh siswa itu sendiri dari kain yang tidak digunakan lagi. 

Sistem ini merupakan bagian dari salah satu prinsip pengolahan sampah yaitu reduce yang berarti mengurangi sampah sejak awal. Mengganti palstik yang hanya bisa digunakan satu kali pemakaian dengan bahan yang bisa digunakan berkali-kali dan bisa dicuci.

"Menggunakan wadah beras yang dipakai seumur hidup merupakan tradisi kemuliaan yang lahir sejak jaman orang tua kita dahulu yang harus dilestarikan sejak dini oleh anak-anak. Penggunaan Kanjut Kundang bisa menjadi bagian dari literasi Prakarya dengan mengajak para siswa untuk membuat Kanjut Kundang dari kain bekas sebagai bagian dari Impelementasi Cinta Lingkungan dengan mendaur ulang bahan yang tidak terpakai" ~ H. Purwanto

Sebegitu hebatnya Beas Kaheman yang tidak hanya mengajarkan para siswa SD maupun SMP di Purwakarta untuk berbagi namun juga berinovasi dan membuat karya dengan Kanjut Kundang yang dibuatnya sekaligus membantu mengurangi sampah plastik sebagai wujud cinta lingkungan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun