Beas Kaheman merupakan salah satu implementasi dari Program Pendidikan Purwakarta yaitu 7 Poe Atikan Istimewa yang merupakan wujud konkret kebijakan pendidikan berkarakter.Â
Program pendidikan yang dibuat oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta, Bapak Purwanto bersama tim dari Dinas Pendidikan kemudian menjadi contoh bagi daerah lain di luar Purwakarta dan kini sudah beberapa daerah yang kemudian membuat program yang serupa.Â
Tulisan Artikel Beas Kaheman yang saya tuliskan di Kompasiana (Beas Kaheman) pada bulan April tahun 2021 dinobatkan menjadi artikel featured di Kompasiana dan menjadi satu-satunya tulisan saya yang masuk kategori Artikel Featured.Â
Sampai sekarang tulisan tersebut masih bertengger di urutan teratas di situs pencarian Google. Jika pembaca mengetik "Beas Kaheman", tulisan saya menjadi yang teratas.Â
Meskipun tidak banyak yang mengetahui namun imbas dari tulisan tersebut pastinya sangat besar karena pembaca menjadi tahu bahwa Pendidikan di Purwakarta mempunyai program pembelajaran yang sangat menjunjung tinggi nilai Pancasila terutama sila ke-2 yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Sampai saat ini Program Kegiatan Beas Kaheman yang sudah berlangsung dari tahun 2015 masih terus berlanjut dan rutin dilakukan oleh semua sekolah SD maupun SMP di Purwakarta. Jika di awal-awal dilakukan di bulan Ramadhan namun setelah itu dilakukan setiap seminggu sekali tepatnya di hari kamis.Â
Di bulan Oktober 2021 Beas Kaheman dari siswa untuk siswa dan masyarakat kurang mampu terkumpul dari 16 Ton dan dibagikan secara merata kepada masyarakat terutama untuk siswa yang tidak mampu. Bisa dikatakan program pembelajaran ini adalah dari siswa, oleh siswa dan untuk siswa itu sendiri.Â
Sekolah tempat saya mengabdi yaitu SMPN 8 Purwakarta pun secara rutin baik siswa, guru maupun staf Tata Usaha setiap Kamis melakukan kegiatan Beas Kaheman.
Kegiatan Beas Kaheman di SMPN 8 Purwakarta ditinjau langsung oleh Bapak Purwanto pada hari Kamis, 15 Desember 2022 yang tidak hanya memberikan pidato yang isinya sarat akan pesan dan filosofi kehidupan namun juga makna dari Beas Kaheman tersebut.Â
Bapak Purwanto sangat mengapresiasi dengan kegiatan Beas Kaheman yang dilakukan di SMPN 8 Purwakarta.
Beas Kaheman merupakan sistem pembelajaran yang menumbuhkan nilai-nilai gotong royong, saling berbagi dan tentunya untuk mempunyai rasa empati kepada sesama.Â
Selain itu ada pembelajaran lain yang didapat oleh siswa setelah program Beas Kaheman ini semakin dikembangkan lagi dengan membuat inovasi baru yaitu penggunaan Kanjut Kundang sebagai pengganti plastik.
Penggunaan Kanjut Kundang dalam Beas Kaheman.
Sekolah bukan hanya sebagai tempat anak-anak belajar namun juga anak-anak berinovasi dan merubah diri untuk menjadi lebih baik. Siswa tidak hanya belajar tentang pelajaran ilmu pengetahuan namun juga tentang lingkungan, mencintai sesama makhluk, budaya leluhur dan inovasi-inovasi baru.
Termasuk penggunaan Kanjut Kundang dalam implementasi Program Beas Kaheman yang merupakan tradisi dari leluhur budaya Sunda.
Kanjut Kundang tentunya berbeda dengan Malin Kundang dan tidak ada unsur jorok di sini. Kanjut Kundang adalah tradisi budaya Sunda dari sejak dulu kala bahkan digunakan juga dalam beberapa peribahasa Sunda.Â
Kanjut Kundang artinya tempat menyimpan uang dari kain karena sejak dulu masyakarat Sunda sudah diajarkan ke mana pun pergi harus membawa tas kecil untuk menyimpan uang koin ataupun logam.
Kanjut Kundang digunakan pula dalam acara pernikahan maupun kelahiran masyarakat Sunda. Dalam upacara pernikahan, Kanjut Kundang digunakan sebagai tempat menyimpan uang logam yang akan disawerkan kepada tamu yang hadir.Â
Sedangkan dalam Kelahiran Bayi, Kanjut Kundang digunakan dalam Upacara Puput Puseur yaitu proses pemotongan tali pusar bayi yang disertai dengan tradisi membagikan bubur merah dan bubur putih sebagai simbol sang bayi telah mempunyai nama.Â
Tali pusar bayi setelah lepas kemudian oleh sang ibu dimasukkan ke dalam Kanjut Kundang yang telah diisi beras dan uang logam. Kanjut Kunjang tersebut kemudian disimpan lemari ataupun di tempat yang sekiranya aman untuk menyimpan Kanjut Kundang.Â
Makna dari Kanjut Kundang tersebut dalam prosesi ini adalah agar sang bayi kelak bisa hidup akur, rukun maupun sejahtera.
Kanjut Kundang kemudian menjadi inovasi baru dalam pembelajaran Beas Kaheman karena selain mengandung makna sejahtera karena di dalamnya terdapat beras yang kemudian dibagikan pada mereka yang tidak mampu namun yang utama adalah untuk mengurangi penggunaan kantong plastik.Â
Siswa sejak SD dan SMP di didik untuk mengurangi penggunaan sampah plastik karena sampai plastik merupakan bahan yang paling susah diurai dan sangat mencemari lingkungan. Hal ini sesuai dengan sistem sekolah di Purwakarta yang tidak hanya harus ramah anak namun juga ramah lingkungan.
Kanjut Kundang atau kain kecil yang digunakan untuk membawa beras tentunya harus dibuat oleh siswa itu sendiri dari kain yang tidak digunakan lagi.Â
Sistem ini merupakan bagian dari salah satu prinsip pengolahan sampah yaitu reduce yang berarti mengurangi sampah sejak awal. Mengganti palstik yang hanya bisa digunakan satu kali pemakaian dengan bahan yang bisa digunakan berkali-kali dan bisa dicuci.
"Menggunakan wadah beras yang dipakai seumur hidup merupakan tradisi kemuliaan yang lahir sejak jaman orang tua kita dahulu yang harus dilestarikan sejak dini oleh anak-anak. Penggunaan Kanjut Kundang bisa menjadi bagian dari literasi Prakarya dengan mengajak para siswa untuk membuat Kanjut Kundang dari kain bekas sebagai bagian dari Impelementasi Cinta Lingkungan dengan mendaur ulang bahan yang tidak terpakai" ~ H. Purwanto
Sebegitu hebatnya Beas Kaheman yang tidak hanya mengajarkan para siswa SD maupun SMP di Purwakarta untuk berbagi namun juga berinovasi dan membuat karya dengan Kanjut Kundang yang dibuatnya sekaligus membantu mengurangi sampah plastik sebagai wujud cinta lingkungan.Â
Siswa diajarkan untuk membuat Kanjut Kundang sendiri sesuai dengan imajinasi dan apa yang mereka ingin buat untuk kemudian dibawa setiap hari Kamis dengan beras di dalamnya.
Program Beas Kaheman ini tentunya akan terus berlanjut bahkan Bapak Purwanto beserta Tim dari Dinas Pendidikan tentunya akan terus berupaya dan bekerja menghasilkan inovasi-inovasi baru bagi pendidikan Purwakarta dalam mewujudkan Pendidikan Purwakarta yang tidak hanya istimewa namun juga berkarakter.
Salam Pendidikan Purwakarta Istimewa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H