Kembali ke acara sabtu kemarin. Selain menonton film dan berdiskusi, para peserta juga diajak berwisata mengelilingi dan mengenal Museum Penerangan. Taman Mini Indonesia Indah merupakan kawasan wisata yang tidak hanya terdapat anjungan-anjungan daerah namun juga terdapat beberapa museum yang wajib kita kunjungi ketika berada di TMII.Â
Terakhir saya mengunjungi TMII itu sudah lama sekali tepatnya ketika peresmian komunitas sepeda Federalis Wanita (Fenus) beberapa tahun silam. Saat itu selain peresmian komunitas sepeda, saya dan rekan-rekan mengelilingi TMII dengan bersepeda.
Kegiatan yang diselenggarakan KOMIK menjadi ajang kedua Kompasiana yang saya ikuti secara offline setelah sebelumya saya pernah mengikuti Kegiatan Ngobrol Santai Menteri Perdagangan RI dengan Kompasiana pada tahun 2018 silam. Namun di kegiatan ini menjadi ajang pertemuan pertama kalinya dengan rekan-rekan Kompasianer khususnya mereka yang punya antusias khusus terhadap film (KOMiKer lebih tepatnya).Â
Bertemu dengan mereka-mereka 20 kompasianer-kompasianer yang tulisannya dan jam terbang di dunia penulisan sudah mumpuni maupun dikenal. Saat itu saya tidak memikirkan bahwa saya seorang penulis pemula dan berasal dari daerah yang berbeda dengan mereka karena tujuan kami sama saat itu. Sama-sama antusias mengikuti acara yang diselenggarakan KOMIK ini.
Kegiatan diawali dengan pembagian snack pagi dan souvenir dari MusPen yang isinya terdapat masker, hand sanitizer dan sabun cuci tangan.Â
Setelah itu kami dibawa ke sebuah ruangan berupa mini theater yang sangat menyenangkan tempatnya untuk menghadiri pembukaan kegiatan acara oleh Moderator dari Muspen yaitu WIldan Fajar, mendengarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan sambutan dari perwakilan Museum Penerangan TMII yaitu Ibu Vetri Ridha Bhineka.Â
Kemudian kami diajak berkeliling Muspen yang dipandu oleh Deyan M. Aji yang mengajak kami para peserta kegiatan berkeliling museum dan diceritakan secara detail namun santai benda-benda bersejarah maupun informasi-informasi tentang sejarah dunia penyiaran maupun dunia perfilman Indonesia dari mulai awal mula media cetak itu ada, bagaimana jaman dulu menyampaikan berita, logo-logo TVRI dari masa ke masa, tontonan hits di saat kita kecil yaitu Si Unyil, jenis kamera yang digunakan oleh almarhum H. Usmar Ismail ketika membuat film pertama di Indonesia dan masih banyak lagi artefak-artefak dan juga informasi-informasi yang sangat bermanfaat untuk kita yang ingin mengenal lebih dalam tentang media komunikasi maupun perfilman negeri ini.
Setelah keliling Museum, acara dilanjutkan dengan nonton bareng Film Darah dan Doa (The Long March) karya Bapak Perfilman Indonesia yaitu H. Usmar Ismail yang beberapa waktu silam dianugerahkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah kita atas jasa-jasa beliau yang luar biasa dalam dunia perfilman Indonesia.