Jika diminta berterima kasih atas anugerah kebiasaan menulis, ada dua plus satu yang ingin saya sampaikan terima kasih. Yang pertama tentunya Tuhan, yang kedua adalah kedua orang tua plusnya adalah Kompasiana.
Tuhan
Karena DIA lah yang memberikan kemampuan menulis ini. Â DIA lah yang selalu memberi petunjuk ketika hati sedih tanpa ada orang yang bisa menjadi teman curhat. Yaitu Curhatlah pada DIA dan tulislah di diary atau komputer. DIA pula yang memberikan jalan dan cara agar ide menulis keluar dengan sendirinya. DIA lah yang memberi talent itu.
Bagaiamana dulu ketika saya terpuruk karena tidak diangkat PNS, kemudian DIA memberikan petunjuk untuk membeli tabloid yang tidak pernah saya beli dan di tabloid itu ada info lomba menulis. Yang terjadi adalah kemudian kesedihan itu terhapuskan dan terganti oleh kebahagiaan karena saya menang di lomba itu dan menjadi awal mula saya akhirnya memberanikan diri untuk ikut lombaÂ
Dan masih banyak lagi yang DIA lakukan untuk hobi yang membuat saya jatuh cinta dan bahkan sudah menjadi bagian dari hidup.
Meski saya belum sehebat dan se kreatif mereka-mereka yang sudah melahirkan banyak karya luar biasa, setidaknya DIA sudah memberikan saya jalan, memberikan saya kesempatan agar saya tetap bisa berdiri tegak dalam menjalani kehidupan dengan kemampuan menulis yang diberikanNYA.
Orang Tua
Aturan ketat dari kedua orang tua saya ketika saya sekolah yaitu salah satunya saya tidak diizinkan bermain di hari sekolah  dan karena semua kakak-kakak saya tinggal di luar kota kemudian orang tua memberikan saya diary. Katanya jika saya punya uneg-uneg yang tidak bisa disampaikan pada mereka, lebih baik saya tulis di diary.  Kebiasaan itu pun berlanjut hingga melahirkan karya bahkan prestasi.
Karenanya ketika pertama kali memenangkan lomba menulis dengan hadiah besar, hadiah utamanya saya persembahkan untuk mereka.
Di kemudian hari ketika mereka sudah tidak ada, kebiasaan menulis diary pun menjadi teman di tengah kesendirian saya. Â Menjadi tempat mengeluarkan keluh kesah ketika saya rindu pada kedua orang tua saya. Menjadi tempat bercerita terbaik selain Tuhan ketika tidak ada keberanian untuk bercerita ke kakak-kakak ataupun teman dekat.
Dan Plusnya adalah Kompasiana
Berterima kasih kepada Kompasiana. Semenjak diperkenalkan empat tahun lalu oleh seorang kawan yang sudah duluan menulis di Kompasiana, langsung jatuh cinta pada Kompasiana. Platform terbaik tempat mengolah rasa, aspirasi, kreatif dan ide yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Ketika ide dan aspirasi kita ingin di share ke publik maka Kompasiana menjadi pilihan utama apalagi di Kompasiana ada Tim Editor yang punya peran penting apakah tulisan kita itu layak tampil atau tidak di Kompasiana.Â
Kompasiana menjadi tempat untuk belajar, untuk mengenal para penulis  hebat dari berbagai jenis penulisan. Di Kompasiana, menulis bukan hanya menjadi karya namun juga bahkan ada yang menjadi prestasi bahkan menjadi menjadi hobi utama yang menghasilkan.  Bisa jalan-jalan virtual melalui zoom yang diadakan oleh Komunitas Traveller Kompasiana. Bahkan di Kompasiana saya pun belajar bagaimana membuat dan bertanggung jawab dalam membuat kegiatan yang berhubungan literasi melalui komunitas daerah tempat saya bernaung.  Begitu banyak manfaat yang didapat di Kompasiana.Â
Terima kasih TUHAN, terima kasih Mama & Bapak dan Terima Kasih Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H