Mohon tunggu...
Mira Miew
Mira Miew Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Purwakarta yang jatuh hati dengan dunia kepenulisan dan jalan-jalan

Menulis adalah panggilan hati yang Tuhan berikan. Caraku bermanfaat untuk orang banyak adalah melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Perjodohan Identik dengan Keterpaksaan dan Tanpa Cinta

23 Mei 2021   11:18 Diperbarui: 23 Mei 2021   12:21 2589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu pertimbangan saya menerima perjodohan itu karena melihat bibit keluarganya yang agamis dan dari kaum intelektual. Namun kenyataannya sifat pasangan saya berbeda sangat jauh dengan keluarganya dan saya baru mengetahui itu setelah menikah.

Ternyata meskipun berasal dari "bibit" yang bagus namun belum tentu kok bibit itu membuahkan hasil yang sama. Karena itulah sebelum memutuskan ke jenjang yang lebih serius sebaiknya kita harus mengenal sifat pasangan kita apakah sama dengan keluarganya atau berbeda. Bagaimana kesehariannya di rumah ataupun di pekerjaan. Apakah dia pekerja keras ataupun tipe pemalas dan lebih sering mengadahkan tangan ke keluarganya.

Masa pengenalan dalam jangka waktu yang lama itu penting agar kita tidak kaget ketika menjalani hidup dengan pasangan kita sampai akhirnya kita menemukan titik dimana kita siap menerima kekurangan pasangan kita.

Keluarga Akan Ikut Campur

Yang paling berat adalah ketika kita dijodohkan oleh salah satu keluarganya yang kita kenal dan terlalu berharap lebih pada kita. Lalu saking merasa dekatnya dengan kita dan juga dengan keluarga yang akan dijodohkan maka dalam hal apapun keluarga akan ikut campur terlebih lagi pasangan yang kita jodohkan sangat dekat dengan keluarganya dan selalu melibatkan keluarga dalam setiap langkahnya. Kita akan dicap tidak baik jika mengecewakan bagian dari keluarganya yang mereka jodohkan meskipun keluarganya hanya mendengar cerita dari keluarganya yang mereka jodohkan pada kita.

Inilah kenapa dijodohkan itu berat karena kita tidak akan bisa lepas dari campur tangan yang menjodohkan dalam hal ini keluarganya.

Dijodohkan = keterpaksaan

"Saya menikah dengan kamu bukan karena saya cinta kamu tapi terpaksa karena dijodohkan oleh keluarga saya"

Biasanya seiring berjalannya waktu dan yang dijodohkan tidak sesuai harapan kita, kalimat itu pasti keluar dari mulut pasangan yang merasa tidak puas dengan pasangan yang dijodohkan. Sehingga kemudian yang terjadi hubungan diantara keduanya berjalan karena keterpaksaan yang kemudian berujung pada seringnya mengalami konflik hingga memilih berpisah.

Perjodohan memang sering kali di identikan dengan keterpaksaan dan tanpa cinta. Terpaksa menerima perjodohan karena tidak enak dengan orang yang menjodohkan kita. Terpaksa menikah dengan orang yang dijodohkan dengan kita karena faktor usia dan malu jika dikatakan belum menikah meski usia sudah tua. Terpaksa menerima perjodohan karena demi membantu ekonomi keluarga dan masih banyak lagi. 

Sebetulnya menikah tanpa saling cinta dan keterpaksaan bisa bahagia asalkan kita ikhlas dengan niatkan untuk beribadah dan mau menerima kekurangan masing-masing. Jika kita memperlakukan pasangan kita dengan baik dan membuatnya nyaman, meskipun dalam keadaan menikah karena dijodohkan namun seiring berjalannya waktu keterpaksaan itu bisa hilang dan berganti dengan rasa sayang dan cinta pada pasangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun