Penjualnya bernama Zaenal Abidin dari Tegal. Memulai usaha bubur di lokasi yang sama dari tahun 2007 dengan awal-awal jualan hanya 1 liter beras yang kemudian dibuat bubur dan kini sudah mampu menjual sekitar 300 - 400 porsi setiap harinya.
Lalu apa yang membuat saya jatuh cinta dengan bubur ini dan juga sangat digemari oleh Masyarakat Kota Bekasi?
Bubur Ayam Tanpa Kuah
Yang menarik dari bubur ini adalah tidak adanya kuah berupa air kaldu ayam yang selama ini sering kita temui di bubur yang lain. Bubur ini hanya diberikan taburan lada bubuk, sedikit kecap asin dan banyak toping di atasnya. Selain itu buburnya kental dan tidak mudah mencair.
Topingnya Banyak
Membeli bubur ini artinya siap-siap mendapat banyak toping dengan ciri khas bubur Betawi, mulai dari udang rebon, suwiran cakue Betawi, bawang merah goreng, irisan daun bawang, potongan timun dan kacang kedelai. Buburnya sendiri ngumpet dibawah topingnya. Selain itu ada tambahan berupa Kerupuk Padang yang kerupuknya enak dan kriuk banget. Kita juga bisa menambahkan tusukan jeroan ayam yang dijual secara terpisah.
Harga bubur tersebut sangat murah. Dengan toping yang disebutkan diatas, Mas Zaenal sebagai pedagang bubur tersebut menghargai seporsi buburnya dengan harga 10 ribu rupiah dan untuk tusukan jeroan ayam seharga 3000 rupiah. Harga murah namun bikin kenyang.
Pembeli rela Antri berjajar.
Setelah setahun lebih tidak berani untuk pulang ke Bekasi, setelah kembali dan makan dibubur disini, ada satu hal yang menarik yang saya temui. Adanya antrian yang tertib yang dilakukan oleh pembeli. Karena keterbatasan tempat makan (hanya satu meja dan beberapa kursi) sehingga pembeli lebih memilih membeli bubur untuk dimakan di rumah. Dan pembeli itu rela antri panjang demi membeli bubur tersebut. Selama ini masih jarang ditemui ada pembeli mau antri berbaris demi membeli bubur gerobak.