Ingatlah, membahagiakan istri menjadi salah satu jalan pembuka lebar pintu rejeki paling lebar bagi suami. Menyakiti istri dan melukai hatinya justru bisa menutup rejeki suami.
Satu hal lagi yang utama adalah jangan menjadi suami yang selalu mengadahkan tangan kepada keluarga. Hanya karena suami tidak bekerja, sulit mendapatkan pekerjaan ataupun malas untuk mencari nafkah kemudian suami lebih sering meminta bantuan pada keluarganya yang justru menjadi ada perasaan tidak enak bagi istrinya karena hidup dibantu oleh keluarga suami sementara suami tidak mampu mencari nafkah.
Cerita teman saya bahwa keluarga dari pihak suaminya kadang mempertanyakan uang yang mereka beri pada suami dipakai untuk kebutuhan apa saja. Sementara di sisi lain tidak semua uang yang diberikan keluarga suami diberikan semua pada istrinya. Biasanya oleh suami dibagi dua dan lebih sedikit diterima istri dengan alasan suami juga punya kebutuhan pribadi.Â
Jadi mau penghasilan istri lebih besar, suami tetaplah kepala rumah tangga yang wajib menafkahi istrinya meskipun penghasilannya kecil. Seorang suami harus lebih peka akan tanggung jawabnya sebagai tulang punggung keluarga. Apalagi di masa sulit ini harusnya suami lebih aktif lagi, lebih semangat lagi mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya.
Jangan jadikan Istri seperti pembantu di rumah tangga sementara suami seperti majikan yang hanya bisa menyuruh dan enak sendiri.
Jangan sampai kepemimpinan rumah tangga berpindah tangan dari yang harusnya menjadi tugas suami tetapi karena beban istri yang terlalu berat entah itu bekerja di rumah maupun bekerja di luar, maka kepemimpinan rumah tangga bisa beralih ke istri.Â
Tetap semangat para suami dalam mencari nafkah. Teruslah mengumpulkan pahala dengan bertanggung jawab mencari nafkah dan membahagiakan istri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H