Mah...
Apa kabar disana?
Mama bahagia kan? Apalagi udah ketemu bapak lagi?
Mah....
Putri bungsumu ini kangen mama... kangen bapak juga
Putrimu bungsumu saat ini lagi sedih...
Putrimu bungsumu butuh pelukan hangat kalian
Putri bungsumu butuh support kalian...
Mah....
Andai Mama ada disini
Pasti mama akan menghapus air mata ini..
Mama pasti akan bikin aku tersenyum lagi
Mama pasti akan ngasih semangat untukku
Mah...
Sedih.. hidup tanpa mama
Tanpa bidadari tak bersayap seperti mama
Mah..
Aku rindu mama...
Saya bukanlah penulis puisi tapi puisi ini saya tetiba buat beberapa tahun silam setelah kepergian bapak. Disaat saya menghadapi masalah besar yang saya tanggung sendiri tanpa support dari siapapun apalagi kakak-kakak saya semua tinggal di luar kota. Berat rasanya ketika menghadapi masalah tanpa support dan nasehat dari kedua orang tua.
Sebagai putri bungsu, saya sangat dekat dengan mama dan bapak. Mama adalah sahabat sejati saya, teman berbagi cerita di rumah. Mama teman tidur saya karena saya tidak bisa tidur jika tidak memeluk mama. Mama juga yang membela saya ketika bapak bersikap tegas pada saya.
Mama atau ibu adalah sekolah pertama saya, ibuku sekolah pertamaku, guru kehidupan saya dari kecil hingga saat-saat terakhirnya.
Mama guru pertama yang mengajarkan saya kesabaran, cinta dan kasih sayang yang tulus, menghargai kebaikan orang lain, menghormati dan selalu bersikap toleransi kepada teman yang berbeda agama dan masih banyak lagi ajaran mama.
Mama adalah pendukung setia atas apapun yang saya lakukan termasuk ketika saya menyukai hobby menulis, bersepeda dan tetiba menjadi fans dari seorang public figure.Â
Mama orang pertama yang dulu sering membelikan saya diary, biar saya tidak kesepian dan bisa menulis apapun yang ingin saya tulis. Mama pula yang mengizinkan saya untuk bersahabat dengan teman SMA yang berbeda agama maupun etnis.Â
Mama pula yang membelikan saya sepeda agar saya bisa mewujudkan mimpi saya bersepeda Purwakarta - Jakarta. Mama pula yang mengizinkan saya untuk menjadi "pengagum" dari salah satu publik figure yang sinetronnya dulu sering mama nonton.
Karena mama-lah saya mau berjuang mewujudkan mimpinya melihat saya menjadi PNS, meski harus melewati suka dan duka selama sepuluh tahun menjadi tenaga honorer.Â
Mama lah yang selalu memberikan motivasi dan merasa yakin kalau impiannya tercapai. Dan alhamdulilah tercapai meski disaat mama sudah pergi untuk selama-lamanya.
Seperti di tulisan  atau puisi dalam foto dibawah ini yang saya buat tepat setahun kepergian mama :
Sudah tujuh tahun saya kehilangan mama untuk selama-lamanya. Meskipun mama sering hadir dalam mimpi tetap sedih dan rindu yang dirasa apalagi kini hidup sendiri jauh dari keluarga. Kehilangan dan kerinduan tak akan pernah bisa dihapus apalagi dilupakan meski sudah tidak bersama.
Mama, Guru pertamaku dan guru kehidupan yang aku rindukan.
Sayang mama selamanya.
*Al-fatihah untuk mama dan juga bapak disana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H