Beberapa tahun setelah mengenalnya kemudian mengenal pacarnya (kini suaminya). Setelah pernikahannya, saya mulai mengenal keluarganya dan keluarga suaminya. Kepindahan dia ke luar kota (Bekasi) setelah menikah justru membuat kami semakin dekat. Jarak yang jauh seakan bukanlah penghalang untuk kami menjalin pertemanan tapi membuat kami semakin dekat. Itulah akhirnya kami menjadi keluarga dan bukan hanya teman dekat semata.Â
Saya sering mengunjungi mereka. Tidak ada kata lelah atau capek ketika harus mengunjungi mereka yang berbeda kota. Saya pun mulai sering diajak ke acara-acara keluarga dia maupun keluarga suaminya.Â
Acara liburan entah itu liburan kantor sang suami, sekolahnya teman atau keluarga, saya tak segan untuk ikut bahkan diajak mereka. Beberapa kali saya berlebaran haji juga bareng mereka. Saya yang sejak kecil terpisah dengan kakak-kakak dan dilepas begitu saja untuk hidup mandiri, akhirnya seperti punya kakak-kakak baru. Dan kini ketika saya tidak punya orang tua, mereka berdualah tempat saya berkeluh-kesah.
Teman layaknya keluarga kedua membutuhkan proses panjang dan pengenalan yang lebih. Harus menerima kekurangan masing-masing bukan kelebihannya. Menerima kita dalam kondisi apapun.Â
Hampir sama seperti menerima pasangan kita. Kita juga harus menyesuaikan diri dengan lingkungan keluarganya dan keluarganya pun benar-benar merima kita masuk dalam lingkungan keluarga mereka.
Teman rasa keluarga bukan kuantitas pertemuan dan komunikasi yang menentukan tapi kualitas dari pertemanan itu sendiri. Memiliki kualitas pertemanan yang baik akan membuat kita lebih diterima karena kita sudah tahu baik dan jeleknya masing-masing.Â
Kualitas pertemanan juga akan terasa ketika kita "jatuh" atau melakukan kesalahan pada saat itu kita tahu, teman itu tetap ada atau justru meninggalkan kita.. Itulah kualitas pertemanan baik buat saya pribadi.
Teman rasa keluarga adalah mereka yang tidak pernah memperdulikan masa lalu kita. Menerima karakter kita yang apa adanya bahkan jelek, lebay dan banyak kekurangan sekalipun. Mereka menasehati bukan untuk menjatuhkan atau menghakimi kita ketika kita salah tapi agar kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Teman yang seperti keluarga kedua jarang sekali mengalami konflik besar. Perbedaan pendapat, kesal, marah pasti ada tapi tidak berlarut-larut. Paling lama satu bulanan kami pernah berbeda pendapat namun kemudian baik kembali. Kalau ada masalah kami tidak pernah meng-share di media sosial apalagi sampai mengumbar kesalahan masing-masing di media sosial.Â
Teman rasa keluarga itu tercipta karena sudah saling menyayangi satu sama lain layaknya saudara. Teman layaknya keluarga adalah orang yang selalu memberi kita motivasi, nasehat yang bukan untuk menjatuhkan kita tapi justru membuat kita menjadi lebih baik.