Penulis menganalisa karya ini  melalui dua pendekatan aspek, yaitu parametris dan non-parametris, dengan intensi untuk mendapatkan lebih banyak sudut pandang, karena ada beberapa argumen yang lebih akurat setelah dilihat dari sudut pandang lain, baik aspek parametris terhadap non-parametris atau sebaliknya. Aspek parametris yang dimaksud disini meliputi; bentuk (form), pitch atau frekuensi (tinggi rendah nada), Artikulasi, Timbre (warna suara/bunyi) dan Durasi (tempo, ritme), sedangkan aspek non-parametris yang penulis maksud adalah kesan afektif penulis beserta latar belakang karya, termasuk latar belakang komposer.
Mengulas sedikit kehidupan sang komposer, Claude Debussy lahir pada tanggal 22 Agustus 1862 di Perancis, tepatnya di Saint-Germain-en-Laye, bagian utara Paris. Ia disebut sebagai komposer musik impresionis pertama, (meskipun Debussy sendiri menolak terminologi tersebut). Debussy lahir dari keluarga sederhana, ia mendapatkan pelajaran Piano pertamanya di umur 7 oleh ibu kerabatnya yang merupakan musisi, dinilai memiliki bakat dan perkembangan yang signifikan, ia diterima ke dalam Konservatori Musik Paris pada umur 10. Selama di konservatori, para guru memiliki kesan yang berbeda-beda terhadap Debussy, ada yang menganggapnya mahasiswa yang angkuh dan malas, ada juga yang beranggapan memiliki masa depan yang cerah. Hingga memasuki umur primanya, ia tumbuh sebagai musisi yang idealis.
Karya ini merupakan Komposisi Piano solo yang dipublikasikan sekitar tahun 1910, berjudul 'La Plus Que Lente' yang memiliki arti 'Lebih dari lambat'. Menariknya, sang komposer tidak bermaksud untuk karya ini dimainkan sesuai judulnya, justru ia memberikan kebebasan kepada para interpreter dengan memberi tempo molto rubato con morbidezza yang berarti bebas dengan lembut. 'Lente' atau lambat yang dimaksud oleh komposer adalah genre musik 'Valse Lente' yang sedang populer di masa itu, seorang kritikus musik asal Inggris Frank Howard mengutip bahwa, merupakan ciri khas humor Debussy memberi nama suatu karya untuk menyindir suatu fenomena sosio-kultural.
Untuk memudahkan proses penjelasan, penulis banyak memberikan identitas suatu konteks dengan membedakan warnanya.
Pengenalan
Pada Bagian A, Musik diawali dengan motif 2 nada F dan Ab, motif tersebut berkembang dengan kedua nadanya diulang ulang selama 8 bar. Sesuai dengan gambar, tonalitasnya terletak pada Gb Mayor dengan Birama sebagaimana Waltz kebanyakan. Ada dua hal yang menarik bagi penulis disini, yang pertama adalah Harmoninya.
Debussy mengawali harmoni dengan akor diluar tonalitas Gb Mayor, ia mengawalinya dengan Gb minor, hal ini menyebabkan rasa harmoninya berada di tingkat 4 minor dari tonalitas Db Mayor, sehingga besar kemungkinan para apresiator keliru dalam mengidentifikasi tonal tanpa melihat partiturnya.Â
Yang kedua, Debussy memberikan pola permainan tangan kiri atau pergerakan bass berbeda dengan waltz kebanyakan. Di tema awal ini, dari bar 1 hingga 8, bassnya memainkan tingkat 1 dan 5 dari Gb yang naik turun. Dari latar belakang yang penulis singgung di awal, hal ini dapat diasumsikan sebagai salah satu cara kritik debussy terhadap musik valse lente yang terlalu 'serupa' dan repetitif.
Setelah 7 bar berada di Tonal yang sama, Debussy menyelesaikan frase 1  ke tingkat 6 dominan 7 yaitu Eb7 namun pada inversi 1. Bass yang berada di G natural menjadi wajar  melihat di bar selanjutnya Bass ditahan pada Ab selama 3 Bar.Â
Pergerakan harmoni pada frase ke 2 bergerak dari tingkat 2(Abm7) ke tingkat 4 inversi 2 (Cb/G), dengan melodi motif 1 yang dikembangkan, lalu  diakhiri oleh melodi yang jika disusun secara vertikal membentuk tingkat  2(Abm13).
Bar 18-24, pengulangan frase 1 dilanjut dengan pengulangan Frase 2 namun dengan sedikit pengembangan yang juga berperan sebagai jembatan untuk masuk ke bagian B