Hidup adalah misteri. Apa yang terjadi satu minggu, hari, jam bahkan menit ke depan tidaklah pasti. Kadang bisa saja datang rezeki nomplok yang bikin senyum berseri. Sebaliknya, tak jarang malah kebutuhan mendadak yang menghampiri.
Yang terakhir disebut, kebutuhan mendadak, sering membuat pening. Dalam dunia keuangan, untuk mengantisipasinya, kita wajib menyiapkan dana darurat.
Menurut Prita Hapsari Ghozie, seorang akademisi dan pakar perencanaan keuangan, dana darurat adalah suatu istilah yang ditujukan untuk sejumlah uang yang sengaja dicadangkan oleh pemiliknya untuk menghadapi kondisi tak terduga.
Karena untuk menghadapi kondisi darurat, dana yang disimpan di pos tersebut sudah semestinya mudah dicairkan (likuid). Rekening tabungan dapat menjadi opsi terbaik lantaran uang di dalam rekening bisa diambil kapan saja, dan di mana saja saat diperlukan. Apalagi kini rekening tabungan sudah didukung oleh internet banking.
Meski begitu, kemudahan yang ditawarkan rekening tabungan yang terkoneksi internet banking berpotensi kurang optimal. Pasalnya, dana darurat yang tersimpan di sana sangat mudah digunakan, kapan saja dan di mana untuk keperluan yang tidak darurat. Siapa yang mampu menahan godaan berbagai diskon dan promo menggiurkan yang datang ke genggaman tangan?
Setelah rekening tabungan, ada deposito. Sejatinya produk keuangan ini bisa menjadi alternatif lain untuk dana darurat. Deposito pun menawarkan potensi keuntungan yang pasti lantaran bank, sebagai penerbit deposito, sudah menetapkan bunga deposito sampai jatuh tempo.
Tapi tak ada gading yang tak retak, deposito memiliki jangka waktu sehingga tak bisa “seenaknya” dicairkan saat kita memerlukan dana cepat. Eh, bisa sih sebenarnya diambil sebelum jatuh tempo, namun beberapa bank masih memberlakukan penalti sehingga dana yang diterima dari deposito bisa jadi berkurang. Jadi bagaimana?
Reksa Dana untuk Dana Darurat
Reksa dana merupakan istilah yang cukup familiar belakangan ini. Salah satu produk investasi ini menjadi salah satu andalan banyak investor muda untuk berinvestasi. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) via Media Indonesia, per Mei 2023 jumlah investor reksa dana mencapai 10,34 juta. Meningkat sekitar 7,7% jika dibanding dengan posisi akhir tahun 2021 sebanyak 9,60 juta investor. Dan, lebih dari separuh jumlah investor itu disumbang oleh generasi muda yang berusia di bawah 30 tahun.
Dibandingkan instrumen investasi lain, seperti saham, berinvestasi pada reksa memang lebih simpel. Kita tidak harus menganalisis pergerakan pasar modal, ataupun melakukan analisis yang wajib dilakukan dalam investasi saham. Sebut saja analisis teknikal, fundamental, dan sentimen.
Hal ini karena tugas tersebut sudah diemban oleh Manajer Investasi (MI), perusahaan profesional yang menerbitkan reksa dana. Sehingga sebagai investor, kita cukup memilih reksa dana yang sesuai dengan goals dan profil investasi, serta memercayakan imbal hasil yang nantinya bakal didapat, kepada MI tersebut.
Selain keberadaan Manajer Investasi, kemudahan investasi reksa dana juga dipengaruhi oleh platform investasi yang menjamur di era digital. Bibit, Bareksa, Ajaib, Tanamduit, IPOT, dan XDana untuk menyebut beberapa nama aplikasi reksa dana online, membuat investasi reksa dana kian praktis dan mudah.
Mau beli reksa dana saat kongkow-kongkow bareng teman? Bisa banget. Ingin jual reksa dana ketika naik transportasi umum dalam perjalanan pulang? Tidak masalah.
Dengan kata lain, memilih, membeli, dan mencairkan reksa dana, kini dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, menggunakan aplikasi-aplikasi reksa dana online tersebut di genggaman tangan.
Meninjau dari kemudahan-kemudahan yang ditawarkan, apakah itu artinya reksa dana cocok untuk dana darurat? Ya, tidak salah. Namun, sebelum berniat mengumpulkan dana darurat dalam reksa dana, perhatikan dulu poin-poin berikut ini.
Pilih Reksa Dana Berisiko Kecil
Seaman apa pun instrumen investasi, ia tak pernah bisa lepas dari risiko penurunan nilai. Reksa dana yang umum dimiliki oleh investor ritel setidaknya ada empat tipe, yaitu reksa dana saham, reksa dana obligasi, reksa dana pasar uang, dan reksa dana campuran. Bagi Anda yang hendak mengandalkan reksa dana sebagai dana darurat, maka lebih baik memilih reksa dana pasar uang (RDPU) yang berisiko kecil.
Berbeda dengan reksa dana saham yang fluktuatif, RDPU cenderung stabil. Bahkan, seiring berjalannya waktu nilai reksa dana tipe ini bisa terus meningkat. Ini membuat, selain uang yang kamu setor ke RDPU aman-tersimpan, ia juga bisa berkembang lho.
Lakukan Strategi DCA
DCA singkatan dari Dollar Cost Averaging. Sederhananya, DCA adalah strategi investasi tanpa memedulikan aset yang kita miliki sedang naik atau tidak. Banyak yang menganggap DCA sama dengan “nabung rutin”.
Ya, benar namun tetap agak berbeda. Dalam nabung rutin orang biasanya sudah mematok waktu dan berapa jumlah dana yang akan ditabung, sedangkan DCA bisa kapan pun dan berapapun.
Ilustrasinya, saat punya “uang dingin”, langsung investasi. Ketika mendapat rezeki nomplok, setor beli reksa dana. Pas ada uang lebih, gaskeunlah.
Strategi DCA buat reksa dana pasar uang untuk dana darurat terbilang mudah lantaran sekarang investasi bisa dilakukan lewat aplikasi. Selain itu, banyak pula reksa dana pasar uang bisa dibeli dengan nominal sangat kecil, yakni mulai dari Rp10.000, sehingga mengumpulkan dana darurat tak akan terasa berat.
Jangan Lupakan Diversifikasi Produk
Walaupun bersifat likuid, pencairan reksa dana ke rekening bank umumnya memerlukan waktu tiga hari kerja. Hal ini perlu menjadi perhatian karena saat memerlukan dana cepat, kita tidak bisa langsung mendapatkan uang tunai hasil penjualan reksa dana. Di titik inilah melakukan diversifikasi produk keuangan untuk dana darurat penting. Intinya, selain di reksa dana, Anda pun sebaiknya menyimpan uang untuk dana darurat di rekening tabungan biasa.
Rekening tabungan memang tidak menawarkan keuntungan signifikan. Namun, tabungan ini adalah “solusi cepat” saat berhadapan dengan kebutuhan yang sangat mendadak atau harus segera dipenuhi. Reksa dana sendiri bertugas menambal, jika dana darurat di rekening tabungan mungkin masih kurang. Karena reksa dana berpotensi memberi nilai tambah berupa persentase keuntungan yang dapat kita optimalkan untuk kebutuhan lain.
Dari semua penjelasan di atas, pertanyaannya kemudian, apa produk keuangan yang paling cocok sebagai tempat menyimpan dana darurat? Berbagi pendapat, yuk, Kompasianers.
Forbes.com Kompas.com Irfan.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H