Ramadan sangat layak dijalani dengan suka cita. Bulan penuh berkah ini merupakan momen yang tepat untuk memanen kebaikan serta pahala.
Namun, dalam konteks keuangan, Ramadan bisa juga menimbulkan masalah. Terutama buat kas keuangan pribadi ataupun keluarga. Kok bisa?
Prita Hapsari Ghozie dalam artikel berjudul "Bujet Ramadan untuk Keluarga" (17/04/2021) menyebutkan, salah satunya karena meningkatnya pos belanja makanan untuk sahur dan berbuka. Belum lagi ditambah anggaran untuk berbuka bersama (bukber) sampai persiapan menyambut lebaran. Hmmm, benar juga ya.
Lalu, bagaimana cara cerdas mengelola keuangan selama Ramadan? Berikut beberapa kiat mengatur keuangan yang disadur dari berbagai sumber.
"Say No To" Belanja Impulsif
Tentu Anda sudah sering membaca bahwa membuat rencana keuangan menjadi poin yang harus didahulukan. Iya, benar tak ada yang salah karena budgeting sangat penting.
Meski demikian, di era digital saat segala hal dapat dengan mudah diperoleh termasuk beli barang-barang, menekan atau kalau bisa sama sekali menghilangkan sifat impulsif dalam belanja jauh lebih penting.
Percuma juga bukan, sudah punya rencana keuangan yang matang, tapi tetap saja kita masih tergoda diskon dan promo dari barang-barang sebenarnya kurang penting?
Ingat, ya. Sekarang etalase produk-produk itu sudah ada dalam genggaman dan di depan mata kita. Cukup dengan klik-klik-klik, barang yang diinginkan -- bukan yang dibutuhkan -- bisa segera sampai di pintu depan. Kalau pop up  marketing produk yang masuk ke smartphone langsung dibeli, bisa boncos dong keuangan kita.
Perencana keuangan Andi Nugroro kepada Kompas.com berbagi tips untuk menghindari sifat impulsif dalam belanja, antara lain:
Prioritaskan kebutuhan primer sehari-hari dibanding kebutuhan lainnya
Teliti harga dari barang yang sedang didiskon, karena bisa saja barang tersebut dipotong harga setelah dinaikkan terlebih dulu
Pertimbangkan lagi untuk mengikuti acara bukber yang berpotensi menguras isi dompet, seperti bukber di kafe-kafe dan restoran
Batasi budget bagi-bagi uang ke saudara. Bisa juga dengan memperkecil jumlahnya
Belanja Lebih Awal
Berbagai harga kebutuhan saat mendekati Lebaran biasanya mengalami kenaikan. Karena itu, lebih baik belanja dengan jumlah cukup banyak untuk seminggu, dua minggu, atau jika memungkinkan, untuk selama Ramadan sampai Lebaran.Â
Untuk sayur mayur mungkin sulit lantaran tidak akan segar lagi jika disimpan terlalu lama. Namun, beras dan bumbu-bumbu alami ataupun kemasan tentunya bisa.
Selain itu, protein seperti daging pun bisa dimasukkan ke pendingin agar tetap segar jelang lebaran. Begitu pula kue-kue kering bisa mulai dipesan dari sekarang.
Pakaian? Bisa banget. Kenapa harus menunggu dekat-dekat ke Hari Raya sih? Padahal beli pakaian langsung ke departemen store tentunya lebih lenggang, jika dilakukan jauh sebelum Lebaran. Beli secara online pun tidak akan terkendala ekspedisi pengiriman yang sering telat. Satu hal yang perlu diingat, tetap catat belanja di awal selama Ramadan ini, ya. Dan hindari melakukan panic buying.
Investasi untuk Berbagai Tujuan Keuangan
Hah? Nggak salah nih? Tentu tidak! Investasi tetap penting selama Ramadan. Bahkan, bisa menjadi salah satu kiat cerdas andalan dalam pengelolaan selama Ramadan.
Begini, hidup itu terus berlanjut setelah Idul Fitri. Kebutuhan nyaris tak akan berkurang karena setiap aktivitas perlu biaya.
Kalau boros selama Ramadan, bisa-bisa kita gigit jari. Simpanan habis, dana darurat tak ada, lalu darimana kebutuhan bisa dipenuhi? Ngutang? Oh Big No!Â
Buat yang sudah melek investasi bahkan sudah melakukannya jauh-jauh hari sebelum Ramadan, Selamat Anda terselamatkan. Setidaknya, Anda sudah punya dana cadangan dalam aset-aset investasi yang bisa dicairkan saat kebutuhkan dadakan datang.
Namun, bagi Anda yang baru mulai investasi juga tidak perlu berkecil hati. Investasi tetap bisa Anda lakukan untuk menyelamatkan uang.
Saat ini dikenal strategi micro investing. Sebuah strategi, mengutip dari Thebalancemoney.com via Bibit.id, yang melibatkan uang dalam jumlah kecil untuk membeli saham, reksadana, dan produk sekuritas lainnya melalui aplikasi investasi online.
"Investasi mikro ini erat kaitannya dengan sebuah kebiasaan untuk menginvestasikan uang kecil atau receh."Â
Contohnya dalam transaksi sehari-hari. Saat mendapat uang kembalian atau sisa penghasilan di rekening tabungan, investor micro investing akan langsung menginvestasikannya atau mengumpulkannya terlebih dulu sampai jumlahnya cukup lalu menempatkan uang tersebut ke dalam berbagai instrumen investasi. Bukan malah membelanjakannya.
Manfaat micro investing ini, selain membentuk kebiasaan positif dalam menabung dan investasi. Ia juga bisa menyelamatkan kas dari pemborosan. Ya, uang kembalian, sisa belanja, dan sisa saldo di rekening mungkin bernilai tidak seberapa. Namun, jika dikumpulkan kemudian diinvestasikan rutin produk-produk investasi, lama-lama uang recehan akan bertumbuh. Sedikit demi sedikit, lama-lama jadi duit.
Dalam satu bulan Ramadan misalnya. Anda investasi rutin 10.000 ribu atau 20.000 Rupiah perhari, dalam sebulan bisa terkumpul 300.000 sampai 600.000. Lumayan, bukan? Belum lagi potensi return (imbal hasil).
Melakukan micro investing terbilang mudah. Kini sudah banyak aplikasi investasi yang menawarkan pembelian aset investasi dengan modal minimal Rp10.000. Hal yang penting yang perlu diingat, jika ingin menyelamatkan dana selama Ramadan, beli aset investasi yang cenderung stabil dan mudah dicairkan (likuid), seperti reksadana pasar uang dan emas.
Itulah beberapa kiat cerdas mengelola keuangan selama Ramadan. Semoga bermanfaat ya.
Kalau Kompasianers ada yang punya tips lain, share yuk di kolom komentar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H