Detik yang berdetak di arloji, alarm di smartphone, kapan masuk dan pulang dari tempat kerja, jam berapa menyelesaikan deadline, adalah segelintir contoh "waktu objektif" yang membuat kita merasa terpenjara. Â
Solusinya, menukil Heidegger, filsuf asal Jerman aliran fenomenologi yang mendedikasikan nyaris seluruh hidupnya untuk mencari hakikat hidup, F. Budi Hardiman menawarkan solusi untuk menangkal hal ini yaitu dengan mencoba memahami apa yang terjadi dan sudah terlewat. Merenungkan apa yang salah, dan bagaimana seharusnya kita menjalaninya secara benar.
Itulah "waktu" yang sebenarnya, momen-momen hidup, bukan angka-angka mekanis. Sama seperti momen saya yang jongkok menunggu dan mengamati orang-orang sambil merenungkan apa-apa saja yang telah terlewat dan dilanjutkan dengan tindakan nyata; senyum yang membuat saya lega dan memesan layanan Grab agar pulang dengan selamat sentosa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H