Mohon tunggu...
Muhammad Iqbal Awaludien
Muhammad Iqbal Awaludien Mohon Tunggu... Penulis - Penulis konten suka-suka!

Berbagi informasi dan gagasan. Tergila-gila pada sastra, bola, dan sinema. Email: iqbalawalproject@gmail.com Blog: https://penyisirkata.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Melebur dalam "Momentum Keseharian"

4 Desember 2019   22:03 Diperbarui: 4 Desember 2019   22:09 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya takut waktu habis dalam transjakarta. Saya takut waktu tergerogoti oleh rutinitas. Oleh obrolan-obrolan yang kurang bermakna lantaran "ghibahin" artis dan rekan sekerja. Oleh pekerjaan kantor yang selalu padat hingga akhir pekan padahal keluarga pun butuh perhatian. Oleh hasrat berkarya yang membabi buta tapi takut deadline pekerjaan jadi terbengkalai.

Saya takut, saya takut, saya takut waktu saya tak cukup untuk membesarkan anak, membahagiakan keluarga, meminta maaf kepada teman-teman, membayar cicilan, dan berhedon-hedon ria .....

Langit Jakarta menghitam. Saya pandangi jalan yang sudah mulai lenggang lalu saya lemparkan senyum pada siapa saja. Tanpa dikira gayung bersambut. Beberapa membalas, meski tak sedikit pula diam dan menunduk. Namun itu pun sudah membuat saya lega.

Kopi yang tinggal seperempat gelas saya seruput. Saya bergegas memesan kembali layanan Grab Bike sebab biasanya satu jam setelah jam sibuk tarif akan kembali normal. Dan benarlah, tarif sudah ramah lagi di kantong. Tentu tak saya sia-siakan kesempatan ini.

Di sini perlu saya tegaskan, saya bukan tidak berpihak pada abang-abang driver Grab yang super ramah dan profesional. Namun sekali lagi, bagi saya yang perantau ini, tarif yang tinggi bisa menjadi krisis terutama saat "tanggal tua". Kalau di tanggal muda dan lagi ada rezeki lebih mah, saya terabas terus tak peduli jam sibuk atau tidak. Ke mana pun dan perlu apa pun saya nyaris selalu menggunakan semua layanan di #AplikasiUntukSemua Grab.

Lapar, tinggal pesan Grab Food. Pulsa habis, klik aja layanan token/pulsa. Kalau saya merasa kurang hiburan, saya bisa langsung memesan tiket untuk menonton film dan event dari berbagai daerah di Indonesia. Bahkan, baru-baru ini di #AplikasiUntukSemua Grab pun kita pun bisa konsultasikan kesehatan  sekaligus mencari klinik terdekat yang bisa didatangi saat ingin berobat.

Satu hal lagi yang tak kalah penting, Grab #SelaluBisa mengakomodasi antara driver atau biasa disebut "mitra" dengan customer-nya dalam masalah tarif. Saya yakin sekali bahwa menaikkan tarif di jam-jam sibuk merupakan sebentuk keberpihakan Grab untuk mereka setidaknya untuk dua hal.

Pertama, menaikkan tarif di jam sibuk akan menghindarkan mitra dari kerugian akibat kemacetan dan kepadatan yang akan lebih banyak menghabiskan bensin, dengan waktu tempuh yang juga lebih lama.  

Kedua, menaikkan tarif juga berarti memberikan kesempatan kepada customer untuk lebih mengerti bahwa driver ojol juga adalah orang yang sedang mencari nafkah. Tidak ada salah dan ruginya kan di saat-saat tertentu kita berbagi rezeki dengan sesama.

***

F. Budi Hardiman dalam bukunya Heidegger dan Mistik Keseharian (2008), menyatakan bahwa kecemasan kita akan waktu berasal dari ketidakmampuan menyatunya "diri"  dengan kehidupan sehari-hari yang dipenuhi waktu yang melulu dimaknai sebatas angka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun