Publik Inggris begitu haus akan prestasi. Maklum, meski liganya digadang-gadang sebagai liga terbaik di dunia, kenyataan berbanding terbalik dengan tim nasionalnya. Padahal kurang apa, Inggris tak pernah kekurangan talenta hebat, terutama di barisan penyerang sebagai pembobol gawang lawan.
Kita saksikan, pada era 60-an ada Bobby Charlton dan Geoff Hurst, 70-an ada nama Kevin Keegan dan Mick Channon, tahun 80-an pasti tak asing dengan nama striker maut Gary Lineker dan John Barnes, lalu tahun 90-an hingga 2000-an, kita tentu familiar dengan striker-striker hebat macam Alan Shearer, Les Ferdinand, Ian Wright, Michael Owen, Robbie Fowler, dan Kevin Philips untuk menyebut sejumlah nama.Â
Tapi sekali lagi terkait prestasi? Nol. Inggris masih ketinggalan sangat jauh dibanding negara-negara elite sepakbola Eropa ataupun Amerika Latin. Pencapaian terbaik mereka pasca juara dunia di World Cup 1966, adalah menjadi semifinalis (peringkat 4) pada World Cup 1990 di Italia. Di Euro setali tiga uang, negeri Ratu Elizabeth ini belum pernah sekalipun juara. Pencapaian terbaiknya 'hanya' -- lagi-lagi -- menjadi semifinalis di edisi Euro 1996. Ironisnya, turnamen itu pun digelar di negeri mereka sendiri.Â
Di sisi bek tak jauh beda. Publik Inggris masih menantikan siapa pengganti John Terry atau Gary Cahill pasca mereka pensiun nanti. Ada memang segelintir pemain muda menjanjikan seperti Michael Keane atau John Stones. Tapi itupun masih perlu diasah dan butuh pembuktian lebih di berbagai kompetisi.
Setali tiga uang dengan prestasi di aspek kepelatihan yang bisa semakin mengukuhkan persepakbolaan Inggris memang berada dalam 'dark era' atau era kegelapan.Â
Coba saja telusuri faktanya, sejak pertama kali bergulir tahun 1992, Liga Primer Inggris tidak pernah dimenangkan oleh pelatih asli Inggris. Sir Alex Ferguson yang sangat sukses bersama Manchester United adalah orang Skotlandia. Arsene Wenger yang membawa Arsenal juara dan menjelma jadi klub papan atas, berkewarganegaraan Prancis. Hanya Kevin Keegan lah, yang cukup diperhitungkan. Itupun hanya jadi runner up bersama Newcastle United. Mana lagi? Nama-nama pelatih Inggris macam Steve McClaren, Roy Hodgson, Harry Redknapp, Alan Pardew, dan Sam Allerdyce  adalah pelatih-pelatih dengan prestasi medioker.
"Lalu apa yang tersisa dari sepak bola Inggris selain liganya yang glamor? Kalau boleh sarkastis, penulis akan berani bilang, tidak ada. Kalau ada yang punya pendapat lain, silakan diutarakan! Top skor liga pun tidak pernah diraih oleh pemain lokal sejak terakhir Kevin Phillips meraihnya pada musim 1999/2000."
Belum lagi di Tim Nasional Inggris. Keberadaanya seakan mengobati pensiunnya Wayne Rooney. Sejauh ini ia telah mencetak 10 gol dari 21 pertandingan. Cukup impresif bagi pemain yang baru dipanggil ke tim senior pada tahun 2015. Bahkan ia sudah diproyeksikan sebagai kapten masa depan the Three Lionsyang dibuktikan saat melawan Skotlandia dan Prancis pada Juni lalu. Siapakah dia?
Ya, dia adalah Harry Kane, penyerang Tottenham Hotspurs yang moncer di bawah asuhan Mauricio Pochettino. Tidak peduli suara-suara miring yang menganggap remeh, Kane tetap melaju. Mencetak gol demi gol bersama rekan setianya, Dele Alli, sehingga mampu membawa Lilywhite  ke dalam persaingan memperebutkan gelar juara. Meski ia harus menerima kenyataan gagal untuk kali kedua. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H