Pernyataan-pernyataan Zidane tersebut menarik disimak karena ia terkesan belum bisa 'move on', seperti masih ada yang mengganjal dalam hatinya. Sebuah perasaan emosional yang tak menutup kemungkinan akan meleburkan profesionalismenya sebagai pelatih. Di Delle Alpi bersama Del Piero, Conte, Ferrara Vieri, Di Livio, dan sang kompatriot,Deschamps Zidane berkembang. Mencapai kejayaan dan predikat pemain terbaik dunia.
Tapi di Juventus pulalah ia mendapat luka yang tak tersembuhkan, yaitu Liga Champion edisi 1996/1997 dan 1997/1998. Waktu itu Juventus dengan perkasa mencapai final untuk bertemu Borussia Dortmund. Namun dalam pertandingan yang dihelat di Olympiastadion, Munich, Juventus harus takluk dari Die Borussen 3-1.Â
Setahun kemudian (1998) ia pun gagal membawa Juventus juara saat klub yang memiliki gelar terbanyak di Serie A ini takluk 0-1 dari klub yang kelak jadi klub barunya, Real Madrid. Itu mungkin satu-satunya hal yang mengganjal dalam dirinya kala berseragam Juventus hingga ia memutuskan hengkang ke Real Madrid pada 2001 dengan memecahkan rekor transfer sebesar 77,5 juta Euro.Â
![Zidane baru menjuarai Liga Champion sebagai pemain saat dirinya bermain di Real Madrid tahun 2002. | Image: http://www.dailymail.co.uk](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/05/31/zidane-champion-592eb0c7309373ab3b00a654.jpg?t=o&v=555)