Mohon tunggu...
Muhammad Iqbal Awaludien
Muhammad Iqbal Awaludien Mohon Tunggu... Penulis - Penulis konten suka-suka!

Berbagi informasi dan gagasan. Tergila-gila pada sastra, bola, dan sinema. Email: iqbalawalproject@gmail.com Blog: https://penyisirkata.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Lorenzo di Ducati, Pembuktian atau Blunder?

10 April 2017   16:33 Diperbarui: 10 April 2017   16:51 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: thepitcrewlonline

Beberapa jam yang lalu, para pecinta Moto GP tentu sudah menyaksikan. Juara dunia musim 2016 lalu, Marc Marquez terjatuh pada lap kedua pada Grand Prix yang berlangsung di sirkuit Autódromo Termas de Río Hondo, Argentina. Tapi yang lebih menarik untuk disorot tentu saja kiprah Jorge Lorenzo.

Pasalnya, untuk kedua kalinya the Spaniard tidak bisa menyelesaikan balapan secara maksimal. Lebih parah lagi, Lorenzo yang start dari posisi ke 16 bahkan harus mengakhiri balapan lebih cepat; terjatuh saat balapan baru berlangsung akibat menyenggol Andrea Iannone.

Kesialan dan performa jelek Lorenzo ini mengingatkan kita pada yang dialami Valentino Rossi di musim 2011 dan 2012. Di dua musim tersebut, The Doctor datang dengan kepercayaan diri tinggi untuk menunggangi Desmosedici, setelah pindah dari Yamaha ke Ducati. Kenyataan berkata lain, Rossi seakan kehilangan tajinya, menempati posisi ke-6 (2011) dan ke-7 (2012) di akhir klasemen pebalap, dengan hanya meraih 3 podium.

Kejeniusan dan keberanian, dengan manuver berani tanpa tedeng aling-aling menyalip lawan dari dalam Rossi hilang, tenggelam oleh berat dan liarnya Desmosedici. Tahun 2011 dan 2012 ini bisa dianggap musim terkelam dalam kariernya. Tak sedikit yang memprediksi Rossi telah habis.

Sumber gambar: Motorsport
Sumber gambar: Motorsport
The Doctor di Ducati, 2011-2012, dua musim yang tak sukses.

Akankah hal ini terjadi juga terhadap Lorenzo musim 2017 ini? Pertanyaan ini cukup yang urgen untuk dijawab, mengingat, Lorenzo saat ini berada di tim dengan tunggangan kuda besi yang sama dengan Rossi di musim 2011 dan 2012: DucatiTeam dan Ducati Desmosedici.

Sebuah Pembuktian

Pindahnya Lorenzo ke Ducati dari Yamaha setelah meraih gelar cukup membuat syok. Pasalnya seluruh gelarnya, 3 kali, di Moto GP kelas tertinggi didapatkan bersama tim pabrikan asal Jepang tersebut; 2010, 2012, dan 2015.

Tak pelak banyak spekulasi dan prediksi yang muncul. Mulai dari beredar bahwa kepindahannya ini akibat terlalu banyak ‘drama’ yang terjadi antara dirinya dengan rekan sekaligus rival terberatnya di dalam tim, Valentino Rossi. Hingga, tawaran kontrak yang lebih besar dari Ducati. Faktor yang disebut belakangan disebut mungkin lebih masuk akal, pasalnya siapa sih yang rela mengambil risiko besar, mengalami kemunduran, dengan bergabung bersama tim yang jarang juara?

Sumber gambar: Motorsport
Sumber gambar: Motorsport
Stoner, satu-satunya pebalap yang juara bersama Ducati.

[Fakta Ducati Jarang Juara: Dalam sejarah keikutsertaan Ducati di Moto GP, pabrikan asal Italia ini baru berjaya sekali di musim 2007. Pebalapnya saat itu, Casey Stoner berhasil mengatasi Desmosedici yang konon sulit ditaklukkkan. Bandingkan dengan Honda yang sudah juara sebanyak 22 kali, Yamaha 17, dan Suzuki 6 kali]

Sumber: Motogp.com

Tapi ada sudut pandang menarik dari laman berita Sport Rider yang berjudul “MotoGP: The Back Story On Jorge Lorenzo's Move To Ducati”. Menurut artikel tersebut, kepindahan X-Fuera –julukan Lorenzo – lebih dilatarbelakangi oleh dorongan yang sangat kuat untuk membuktikan diri.

Lorenzo, seorang juara 3 kali Moto GP, belum lagi 2 kali juara di kelas 250 cc, punya etos kerja keras dan ambisi yang sangat tinggi untuk jadi yang terbaik, dan tentu saja ingin mengalahkan Rossi dengan cara: berprestasi di Ducati, bagus-bagus jadi kampiun. Sebuah hal yang tak bisa diraih Rossi saat di Ducati. Bahkan ada untold story mengejutkan tentang Lorenzo di Yamaha yang tak bisa dilepaskan sebagai faktor pendorong kepindahannya:

"Yamaha has a yellow heart"...that is, at Yamaha, Rossi is always bigger than Lorenzo.

Menurut Manuel Pecino, penulis artikel tersebut, inilah mengapa Lorenzo selalu merasa tak dihargai. Dia selalu merasa dinomorduakan, tak peduli sejauh apapun dia berprestasi, Yamaha tetap 'kuning', merujuk ke pendukung Rossi yang beratribut dominan kuning. Yamaha adalah "Rossi Kingdom" yang tidak terlalu senang kalau Lorenzo berada di atas Rossi.

Sumber gambar: thepitcrewlonline
Sumber gambar: thepitcrewlonline
Rossi dan "the Yellow"

Blunder?

Banyak yang memprediksi bahwa kepindahan Lorenzo ini bisa jadi blunder buat kariernya. Meski baru berjalan dua Grand Prix, suara-suara sumbang sudah bermunculan mengenai kiprahnya di Ducati. Pandangan ini, lagi-lagi, didasarkan atas karier Rossi, yang setelah dari Ducati tak pernah lagi menjadi kampiun.Selain tentu saja, start buruknya di dua balapan terakhir.

Karena itu tak heran banyak yang meramalkan Lorenzo pun akan bernasib serupa. Sungguh sangat disayangkan kalau ini benar terjadi, mengingat usianya yang masih relatif muda. Kendati demikian, kompetisi tetaplah kompetisi. Pada akhirnya akan memunculkan seseorang di puncak, dan di sisi lain, menyisakan yang terhempas.

Menurut pembaca yang budiman dan Kompasianers semua, akan sejauh mana kiprah Lorenzo di Ducati musim ini? Puncak atau terhempas?

Sumber gambar sampul: Autosport

Glosarium:

[Arti X Fuera: Julukan yang merujuk ke gaya khas Lorenzo yaitu menyalip dari sisi luar. Itu diambil dari bahasa Spanyol ‘Por Fuera’ yang artinya sisi luar. Pengambilan nama ini terinspirasi dari kemenangan pertamanya di GP Brasil tahun 2003 lalu untuk kelas GP125. Saat itu, Lorenzo memenangkan balapan dengan menyalip Casey Stoner dan Dani Pedrosa secara bersamaan dari sisi luar.

Sumber: Motovaganza

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun