Mohon tunggu...
Muhammad Iqbal Awaludien
Muhammad Iqbal Awaludien Mohon Tunggu... Penulis - Penulis konten suka-suka!

Berbagi informasi dan gagasan. Tergila-gila pada sastra, bola, dan sinema. Email: iqbalawalproject@gmail.com Blog: https://penyisirkata.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pledoi Buat "Mesiah" yang Katanya “Terkutuk”

27 Juni 2016   15:13 Diperbarui: 28 Juni 2016   10:41 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

rijkaard-and-messi-5770dda3bf22bda81b1ac7ec.jpg
rijkaard-and-messi-5770dda3bf22bda81b1ac7ec.jpg
Frank Rijkaard, pelatih pertama yang memberikan tempat kepada Messi di skuad Blaugrana.

Sumber gambar: eurosport

Sedangkan di timnas Argentina, berbeda posisinya. Messi bermain ketika sudah menjadi pemain dengan reputasi hebat. Digadang-gadang sebagai penerus Maradona, dan bisa dikatakan ia merupakan pemain yang "paling lengkap" di Argentina. Karena itu, Messi dituntut tidak hanya "dilayani" tapi juga harus "melayani" rekan-rekannya. Alur bola bergantung darinya, umpan terobosan, mencetak gol, hingga membuka peluang mencetak gol bagi para rekannya. Messi adalah kapten sekaligus harapan, juga roh permainan tim, predikat yang mungkin terlampau berat bahkan untuk seseorang yang nyaris sempurna seperti dirinya.  

Tak begitu mengherankan kalau kemudian ia gagal di Timnas Argentina. Tapi apapun penyebab kegagalan itu sebenarnya, Messi bukanlah 'messiah' dalam arti ilahiah. Ia manusia biasa yang punya kekurangan. Ia menangis saat gagal, ia bisa marah saat pesawat terlambat dan mendapat tekel, dan ia juga (mungkin) berencana pensiun karena merasa gagal dan putus asa, saat sudah merasa tak bisa lagi membawa Argentina juara.  

argentina-juara-copa-2013-5770da3c559773801bba4b2f.jpg
argentina-juara-copa-2013-5770da3c559773801bba4b2f.jpg
Kali terakhir Argentina juara Copa Amerika, tahun 1993. Batistuta memegang Piala.

Sumber gambar: Supersoccer 

Yang perlu dicatat karena merupakan fakta tak terbantahkan, Timnas Agentina tak jauh lebih baik sebelum periode Messi.  Kecuali pada Copa America 2004 saat mencapai final di bawah komando pelatih Marcelo Bielsa dan pemain seperti Javier Zanetti, Carlos Tevez, Kily Gonzales, dan sebagainya. Sebelum itu, Timnas Argentina bisa dikatakan terpuruk: World Cup (WC) 1994 USA hanya menembus 16 besar, WC 1998 Prancis, WC 2006 Jerman dan 2016 Afrika Selatan lagi-lagi tim Tango terhenti di perempat final. Bahkan pada WC 2002 Korea-Jepang mereka tak lolos dari fase grup. Di Copa Amerika setali 3 uang, setelah menjadi kampiun pada 1993, sebelum era Messi, Argentina paling banter mencapai perempat final.

Akhir kata, menjadi runner up bukanlah kutukan Messi! Hanya saja, Chile bermain lebih baik,  berada pada periode golden era dan dinaungi dewi fortuna. Terus bermain saja, dan terus berikan permainan cantik, jadilah oase di tengah sepak bola yang semakin kering dan komersil. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun