Contoh lainnya, tanaman ubi jalar di daerah Sulawesi menjadi sumber makanan utama yang dapat menggantikan beras. Pengembangan pangan lokal ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada produk komoditi impor dan memperkuat ketahanan pangan di berbagai daerah secara menyeluruh, mengutip laporan dari Badan Ketahanan Pangan Indonesia pada tahun 2020.
Penganekaragaman pangan atau istilah kerennya diversifikasi pangan, memiliki banyak manfaat seperti mengurangi ketergantungan pada komoditi beras yang selama ini menjadi makanan pokok utama mayoritas penduduk Indonesia. Â
Ketahanan pangan dapat dicapai secara berkelanjutan dengan salah satu cara yakni menggunakan bahan makanan lokal lainnya seperti jagung, ubi, sagu, dan ketela. Selain itu, bencana alam terutama yang menyebabkan masalah pada sektor pertanian terutama berkaitan dengan perubahan iklim dan cuaca dapat diatasi dengan diversifikasi pangan.Â
Kemudian, dengan memanfaatkan komoditas pangan lokal, seperti jagung, ubi, sagu, atau ketela, negara kita dapat mengurangi ketergantungan pada impor pangan dan memperbaiki neraca perdagangan komoditas bahan pangan (lebih sedikit mengimpor bahan pangan dari luar negeri). Penerapan diversifikasi pangan juga diharapkan mampu membuka peluang ekonomi di daerah yang sedang mengembangkan komoditas lokal.
Meskipun diversifikasi pangan lokal menawarkan banyak manfaat bagi ketahanan pangan dan perekonomian Indonesia, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Seperti contoh, banyak para petani yang kurang memahami potensi pangan lokal dan terbatasnya akses distribusi hasil pertanian yang tepat (menjamin harga jual dari petani dan menjamin serapan hasil pertanian yang pasti) produk-produk pangan lokal tersebut.Â
Upaya yang bisa dilakukan adalah perlunya sosialisasi yang lebih luas dan rutin untuk meningkatkan pemahaman kepada petani sekaligus masyarakat tentang keuntungan bahan pangan pokok lokal.Â
Selain itu, upaya lebih lanjut untuk mempromosikan produk pangan lokal di pasar modern juga penting untuk meningkatkan permintaan di masyarakat (bisa dengan diboost oleh influencer dan ahli di bidangnya secara kedaerahan maupun nasional, tentunya dengan campur tangan pemerintah dan lingkup petani itu sendiri).
 Peningkatan ketersediaan benih berkualitas dan penguatan infrastruktur pertanian juga sangat diperlukan untuk mendukung pengembangan pangan lokal yang lebih baik (bukan hanya di satu wilayah, tetapi masif tersebar di seluruh wilayah Indonesia).Â
Dengan langkah-langkah tersebut, ada harapan agar pangan lokal bisa diterima masyarakat dan berkembang secara optimal, mengurangi ketergantungan pada impor, serta memperkuat ketahanan pangan serta meningkatkan perekonomian kedaerahan/lokal.
Sebagai penutup, kejadian di Aceh pada akhir tahun lalu dapat mengajarkan kita pengalaman penting, terutama saat fenomena El Nino yang menyebabkan kekeringan dan cuaca panas yang meresahkan petani. Di Desa Suka Makmur, Saree, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar, para petani yang biasanya menanam padi mulai beralih ke tanaman ubi rambat (ketela) karena tanaman ini lebih tahan terhadap kondisi kering yang ada.Â
Hal ini membuktikan bahwa diversifikasi pangan lokal bisa menjadi solusi yang efektif untuk menghadapi tantangan perubahan iklim. Saatnya masyarakat menyadari bahwa dengan memanfaatkan tanaman lokal yang sesuai dengan kondisi alam, kita bisa memperkuat ketahanan pangan dan bergerak menuju swasembada pangan.Â