Mohon tunggu...
M Iqbal
M Iqbal Mohon Tunggu... Lainnya - Konten Kreator

Ada seekor kucing yang punya mimpi jadi superhero. Pengen terbang, punya kekuatan super, menyelamatkan dunia... tapi ya, pada akhirnya dia cuma jadi kucing biasa. Tapi anehnya, jadi kucing itu nggak buruk-buruk amat. Dia banyak dicintai, dimanja, dikasih makan enak, dan bisa tidur seharian tanpa mikirin utang. Jadi meskipun nggak jadi superhero, hidupnya tetap nyaman. Entah kamu yang kasih cinta ke dia, atau cuma suka liat dia tidur lucu di Instagram, yang penting dia tetap bahagia!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Diversifikasi Pangan Lokal untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan Nasional

12 November 2024   06:15 Diperbarui: 12 November 2024   06:21 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negara Indonesia yang sudah hampir 8 dekade ini merdeka dalam perjalanannya ternyata masih bergantung pada beras sebagai bahan pangan utama bagi sebagian besar masyarakatnya. Sebagai entitas negara dengan jumlah penduduk terbesar ke 4 di dunia, konsumsi beras untuk konsumsi harian dalam negeri terus meningkat sepanjang waktu diiringi dengan pertumbuhan manusianya. 

Komoditas Beras mudah ditanam di berbagai wilayah Indonesia dan menjadikan komoditas tersebut mudah didapat. Ketergantungan itu timbul akibat  dari budaya dan pola makan orang-orang di Indonesia. Namun, ketergantungan pada konsumsi komoditas beras juga menghadapi tantangan tersendiri bagi negara Indonesia, seperti ketidakstabilan hasil panen yang dipengaruhi oleh iklim, cuaca dan faktor lain.

Meskipun negara Indonesia memiliki lahan pertanian yang sangat luas, dalam kenyataannya kita masih mengimpor beras dari luar negeri. Hal ini terjadi karena salah satunya adalah hasil panen yang tidak stabil akibat iklim dan cuaca yang sering berubah serta terbatasnya infrastruktur yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia, hal ini menghambat skema produksi dalam negeri. 

Karena itu, prosedur impor komoditi bahan pokok terutama beras masih diperlukan untuk memastikan pasokan beras dalam negeri aman dan harga beras yang ada di pasar domestik juga stabil.

Namun tahukah kalian ? Bahwa dengan adanya ketergantungan dalam upaya impor beras memberikan negara kita dampak secara langsung maupun tidak langsung. Salah satunya adalah bahwa negara kita menjadi rentan terhadap fluktuasi harga pangan global. Apa dampaknya ? 

Apabila konsumsi beras Impor kita sudah cukup tinggi, maka harga komoditi beras bisa menjadi naik turun tergantung kondisi global dan dapat mengakibatkan kondisi inflasi dalam negeri. 

Selain itu, ketergantungan impor beras juga dapat mengganggu kondisi perdagangan domestik sehingga mempengaruhi stabilitas ekonomi lokal maupun nasional apalagi di sektor pertanian. Oleh karenanya, peningkatan produksi pangan lokal adalah hal yang harus diperhatikan bukan cuma pemerintah tetapi juga bagi seluruh elemen masyarakat untuk menciptakan ketahanan pangan yang lebih baik.

Gambar diambil dari (pexels.com/@janetrangdoan/)
Gambar diambil dari (pexels.com/@janetrangdoan/)

Pasti muncul pertanyaan kenapa harus seluruh elemen masyarakat ? bukankah hal seperti itu hanya urusan petani dan pemerintah? Eits saya akan coba berbicara bahwa negara kita memiliki potensi besar dalam memanfaatkan konsumsi makanan lokal diluar komoditas beras sebagai makanan utama seperti jagung, ubi, sagu, dan ketela. Ini adalah solusi alternatif untuk meningkatkan ketahanan pangan secara menyeluruh. 

Produksi pangan lokal menurut bebrapa pakar pertanian memiliki ketahanan terhadap perubahan iklim dan memiliki kandungan gizi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Seperti contoh, Pohon sagu di Papua sudah lama dijadikan makanan utama yang kaya akan karbohidrat dan dapat tumbuh di lahan yang kurang subur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun