Kale memang bikin Awan Nyaman. Tapi, Kale juga yang bilang kalau nyaman itu kadang jadi jebakan, bikin takut kemana-mana. Bikin nggak siap untuk gagal. Di sini saya menyimpulkan bahwa Kale belum siap untuk terikat. Trauma masa lalu menjadikan dia tidak mau mengikatkan diri dan menanggung kebahagiaan orang lain.
Agak kurang ajar juga si menurut saya. Tapi itu mungkin mewakili lifestyle cowok-cowok metropolitan jaman sekarang. Terpikat tapi tidak mau terikat. Hmmm.... Kalau saya maunya diikat dulu baru bisa terpikat hahahaha......
"Aku menunggumu sampai kita berada ditempat yang sama. Kamu dengan ambisi-ambisimu dan aku dengan mimpi-mimpiku, sampai pada akhirnya kita sampai pada tempat dimana saatnya kita mewujudkan mimpi-mimpi kita."
Lain Kale, lain Lika. Lika (Agla Artalidia), adalah sosok kekasih yang super sabar dan dan kuat. Selalu ada disisi Angkasa dan menerima apapun situasinya. Bahkan ketika harapan tak sesuai kenyataan, Lika hanya menghela nafas.
Ketika Angkasa dan Lika dinner di hari jadinya yang ke empat tahun, Angkasa memberikan kotak seperti kotak cincin. Lika terpaku, wajahnya berubah antara tegang tapi bahagia. Dan ketika membuka kotak itu, sepasang anting-anting. Ia berubah kecewa, tapi wajahnya berusaha ia kontrol untuk tidak menampakkan kekecewaannya. (Hmmm... gue banget ni hahahaha....)
Ok. Setelah membahas dari sudut pandang Anak, saya akan mencoba melihat dari sudut pandang dari orangtua. Apa sih sebenarnya yang dirasakan oleh seorang Ayah atau Ibu? Takut kehilangan anak-anaknyakah sampai-sampai mereka berusaha semaksimal mungkin memberikan apa yang dibutuhkan dan diinginkan Sang Anak?
Bahkan terkadang tanpa bertanya kepada anaknya terlebih dahulu dan semua dilakukan dengan dalih agar semata-mata anaknya menemukan kebahagiaan? Apakah benar si Anak sudah pasti bahagia?
"Cara pandang kita bisa jadi berbeda. Saat kamu rasa itu cara terbenar, belum tentu mereka salah. Tak perlu paksakan mereka ikuti maumu."
Di sini saya belum bisa menjawab secara pasti karena saya belum pernah jadi orang tua. Namun sepemahaman saya, seorang Ayah selalu jadi tembok pertahanan terbesar walau kadang Kita tidak dapat melihat sudut pandang yang sama dengan Beliau.
Tapi percayalah apa yang beliau lakukan adalah yang terbaik untuk keluarga kecilnya. Dan seorang Ibu adalah sosok yang selalu ada untuk kita apapun dan bagaimanapun keadaan kita.Â
Tidak ada yang 100% benar pun tidak ada yang 100% salah. Baik orangtua maupun anak memang memiliki sisi negatif dan positifnya masing-masing yang memberikan keseimbangan yang dibutuhkan bagi sebuah kapal besar bernama keluarga.