Mohon tunggu...
Minnatul Fitriyani
Minnatul Fitriyani Mohon Tunggu... Apoteker - Blogger-Editor

Santri Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan Semarang Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Budidaya Kurma sebagai Bisnis Wirausaha dan Ladang Infaq Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan Semarang

24 Agustus 2021   10:47 Diperbarui: 24 Agustus 2021   11:02 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Budidaya Kurma sebagai Bisnis Wirausaha dan Ladang Infaq Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan Semarang

 

 

Pohon Kurma merupakan pohon yang pada aslinya tumbuh dan berkembang di daerah arid (kering) seperti di Timur Tengah dan wilayah Afrika Utara  seperti Mesir. 

Namun selain dalam iklim aslinya, terdapat pula pohon kurma yang mampu tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia. Dengan adanya perbedaan iklim ini, maka tentunya terdapat beberapa perbedaan penanganan dalam perawatannya.

Pohon kurma yang berasal dari Negara aslinya (Arab) bertahan dalam cuaca yang panas ekstrim, sedangkan pohon kurma lokal (Indonesia) beriklim tropis, sehingga panas yang dimiliki tidak seberapa, hal ini yang menjadi salah satu perbedaan perawatan dalam pembudidayaan pohon kurma lokal. 

Iklim tropis ini juga menjadi tantangan tersendiri dalam perawatan budidaya kurma lokal karena dapat menyebabkan tanaman rawan terkena jamur, hama, dan serangga. 

Namun adanya perbedaan iklim dan perawatan yang lebih  ini tidaklah menjadi penghalang dalam melestarikan budidaya kurma lokal terkhusus di Indonesia sendiri yang tanahnya begitu subur dan kaya akan air. 

Pelestarian budidaya kurma ini juga dapat menjadi alternatif terbaik sebagai bahan dasar pengembangan pembudidayaan kurma di Indonesia serta peluang bisnis besar bagi masyarakat atau lembaga tertentu. 

Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan Semarang (Pesantren Bilingual Berbasis Karakter Salaf) merupakan salah satu lembaga yang melestarikan budidaya pohon kurma lokal (beriklim tropis). 

Tujuan diadakannya budidaya pohon kurma di pesantren ini tidak lain adalah sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan bagi para santri yang merawatnya serta sebagai praktik bisnis berwirausaha sebagai ladang infaq untuk Pesantren Fadhlul Fadlan Semarang.

 

Lokasi yang strategis, lahan yang luas dan jauh dari keramaian, tanah yang subur serta sumber daya yang memadahi menjadikan nilai plus bagi Pesantren Fadhlul Fadhlan Semarang ini, yang selain untuk belajar dan mengaji, juga menjadi tempat terbaik untuk praktik berkebun dan pelestarian alam.

 

Sehubungan dengan masih mewabahnya virus covid-19 di Indonesia ini menjadikan kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara daring (online) termasuk kegiatan KKN UIN Walisongo Semarang. 

Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan Semarang (Pesantren Bilingual Berbasis Karakter Salaf) menjadi salah satu tempat dan lokasi yang layak untuk berlangsungnya kegiatan Kuliah Kerja Nyata Mandiri Inisiatif Terprogram Dari Rumah ke XII UIN Walisongo Semarang karena selain lokasi yang strategis, lahan yang luas dan tanah yang subur untuk budidaya kurma khususnya, Pesantren Fadhlul Fadhlan juga melestarikan budidaya Maggot, Ikan Lele, Ikan Nila, Budidaya Jamur Tiram, Tanaman Hidroponik, Rempah-Rempah, Minimarket, dan lain-lain. 

Sehingga menjadikan TIM KKN MIT DR XII Kelompok 38 yang juga merupakan santri dari Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan Semarang memilih lokasi Pondok Pesantren ini untuk berlangsungnya kegiatan Kuliah Kerja Nyata.

 

Dalam proses pembudidayaan kurma, tim kurmanisasi yang merupakan sebagian dari santri Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan Semarang bekerjasama mengikuti pelatihan penanaman dan perawatan budidaya kurma yang dipandu langsung oleh salah seorang pegiat kurmanisasi yang berasal dari jama'ah rutinan ahad pagi dalam pengajian Tafsir Jalalain bersama pengasuh pondok beliau DR.KH. Fadholan Musyaffa', LC.MA. 

Dalam pelatihannya, terdapat beberapa jenis pohon kurma yang dapat ditanam di lingkungan Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan Semarang, diantaranya kurma jenis Barhee, Khalas, Sukari dan Majol.

 

Tim KKN MIT DR XII Kelompok 38 ikut berpartisipasi dalam proses perawatan kurma di Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan Semarang ini, mulai dari pemindahan tempat bibit, pengolahan tanah, pemupukan, dan penyiraman rutin setiap pagi dan sore. Penyiraman sendiri ini harus memperhatikan ketentuan air tidak boleh terlalu basah namun juga tidak boleh dibiarkan terlalu kering, tutur Indah Nabila (salah satu Tim Kurmanisasi). 

Indah menambahi, bahwa pohon kurma jenis Barhee terkenal lebih kuat dalam bertahan hidup di iklim tropis, sedangkan Majol dikenal lebih sulit untuk ditanam di Indonesia. Hal ini pun terlihat sebagaimana halnya di Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan Semarang, bibit kurma jenis Majol ini hanya dapat tumbuh sekitar 20 pohon saja.

 

Adapun jika dilihat dari hasil akhirnya, buah kurma yang berasal dari Negara aslinya (Arab) menjadi buah yang berbentuk tamr (sudah matang), bertekstur kering, dan dapat dikonsumsi dalam waktu yang panjang. Sedangkan hasil kurma lokal tidak dapat kering sempurna atau masih basah, tetapi tetap tidak mengurangi berbagai manfaat yang baik untuk kesehatan, program kehamilan, dan lain sebagainya. 

Dari sini Minnatul Fitriyani (Anggota TIM KKN MIT DR XII Kelompok 38) menyimpulkan bahwa perbedaan hasil akhir dari kurma lokal dan kurma dari Negara aslinya terletak pada fase kematangannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun