Mohon tunggu...
Min Adadiyah
Min Adadiyah Mohon Tunggu... Ahli Gizi - nakes ahli gizi, pembelajar manajemen abadi

Penata Impian (karena yakin Sang Maha selalu realisasikan impian kita)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku dan Kamu Saling Menjaga

21 Juni 2021   10:00 Diperbarui: 25 Juni 2021   09:46 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, aku sudah bersiap ke sekolah. Ada pengumuman di grup kelas untuk mengembalikan buku yang dipinjamkan setahun yang lalu. Buku yang sebagian besar masih belum selesai kubaca tentu saja. Aku tak serajin itu untuk membaca semua lembar demi lembar dari hampir 20 buku yang dipinjamkan kepadaku dari perpustakaan sekolah. Buku paket istilahnya. Beberapa di antaranya sempat kubaca karena memang menjadi bahan untuk mengerjakan pekerjaan rumah, tapi selebihnya belum selesai kubaca. 

Pagi-pagi ibu sudah menyiapkan  sarapan untuk kami semua. Ayah hari ini juga  bersiap lebih awal karena ada kelas pagi. Sebagai seorang mentor di lembaga kursus keterampilan stir mobil tentu ayah tidak bisa menggantikan tugas tersebut menjadi kelas daring. 

Maka, ibu selalu berpesan agar kami saling menjaga. Ibu selalu menyiapkan masker untuk  kami pakai saat keluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain. Ibu juga menyiapkan vitamin tambahan selain mengupayakan agar makanan yang kami konsumsi selalu bergizi. Selain itu,  ibu tak jenuh mengingatkan agar tersedia hand sanitizer  di tas agar  kami bisa segera mencuci tangan setiap saat. 

Aku tiba di sekolah persis di jam yang dijadwalkan. Kami diatur agar datang ke sekolah menepati waktu. Setiap 1 jam dijadwalkan ada 20 anak yang datang. Aku rasa, semua orang berusaha menepati jadwal tapi aku mulai melihat kejanggalan ketika keluar dari perpustakaan. Ada beberapa teman  yang masih berkerumun di samping pos satpam. 

"Maya!"panggil seseorang di kerumunan tersebut. Aku menoleh. Ternyata ada Shafika di antara kerumunan  puluhan anak itu. 

"Ya?" sahutku ragu. Rasanya sudah lama sekali tak bertemu dengan mereka meskipun kami masih bertemu di zoom atau google meet kelas. 

"Sebelum pulang, kita makan bakso yuk, kangen kan lama kita gak ketemu?"ajaknya sambil mendekat ke arahku. Di sampingnya ada Nadia yang juga berjalan ke arahku. Mereka mengenakan masker juga sepertiku. 

"Emm.., tapi kata ibu aku harus segera pulang setelah selesai mengembalikan buku."ujarku. Sebenarnya aku juga kangen  karena sudah sangat lama tidak bertemu dengan mereka. 

"Sebentar aja, cuman makan bakso aja. Habis itu kita  pulang."rayu Nadia. 

"Memangnya mau makan bakso di mana sih?"tanyaku mulai tergoda. Bakso dengan kuah panas dan sambal pasti terasa nikmat sekali. 

"Di depot ujung jalan?"tawar Shafika. Aku berpikir ulang, apakah akan menerima atau menolak ajakan Shafika. Depot bakso di ujung jalan masuk ke arah sekolahku itu memang enak sekali. Selalu ramai di kunjungi pembeli. 

"Aku yang bayar  kalo kamu gak bawa uang."timpal Nadia. Wah, tawaran yang menarik ini, meski sebenarnya aku juga diberi uang saku oleh ibu pagi ini. 

"Aku juga bawa uang kok. Yuk"ujarku kemudian. Tak berapa lama, kami segera beriringan berjalan menuju depot di ujung jalan. 

Saat  hampir masuk ke area tempat bakso itu, ternyata situasi tidak seramai biasanya. Hanya ada dua pembeli yang sedang makan bakso di sana. Kami dipersilahkan masuk untuk duduk di kursi-kursi yang tersedia. Kami duduk sambil melanjutkan ngobrol. Ternyata banyak sekali bahan obrolan kami. Tak terputus hingga bakso tersaji di hadapan kami. 

Aku tiba-tiba tersadar, untuk dapat menikmati bakso ini artinya aku harus membuka masker. Padahal ibu selalu berpesan untuk tetap mengenakan masker jika bertemu dengan orang lain. Aku bimbang. 

"Emh..kita makannya bergantian aja ya..."usulku. Kedua temanku melihatku bertanya-tanya. 

"Kata ibu, makan bersama dengan orang lain bisa menjadi titik lengah untuk penularan covid. Jadi kita makannya bergantian ya..."tambahku lagi. Aku juga mulai beringsut untuk mengambil jarak dengan kedua orang temanku. Tiba-tiba pesan-pesan berkelebat di otakku. Termasuk pesan ibu untuk peka terhadap titik titik lengah penyebaran covid. Aku tiba-tiba tersadar dan mengamati penjual  bakso. Untunglah dia juga bermasker.  

"Aku dan kamu saling menjaga, semoga dari hal sederhana seperti bergantian membuka masker saat makan ini bisa mengamankan kita dari titik lengah penularan. Gak apa-apa kan? Yang penting kan kita bisa tetap makan bakso.."rayuku. 

Kedua temanku kemudian mengangguk mengiyakan. Mungkin mereka juga telah mendapat pesan yang sama dari ibu nya. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun