"Aku yang bayar  kalo kamu gak bawa uang."timpal Nadia. Wah, tawaran yang menarik ini, meski sebenarnya aku juga diberi uang saku oleh ibu pagi ini.Â
"Aku juga bawa uang kok. Yuk"ujarku kemudian. Tak berapa lama, kami segera beriringan berjalan menuju depot di ujung jalan.Â
Saat  hampir masuk ke area tempat bakso itu, ternyata situasi tidak seramai biasanya. Hanya ada dua pembeli yang sedang makan bakso di sana. Kami dipersilahkan masuk untuk duduk di kursi-kursi yang tersedia. Kami duduk sambil melanjutkan ngobrol. Ternyata banyak sekali bahan obrolan kami. Tak terputus hingga bakso tersaji di hadapan kami.Â
Aku tiba-tiba tersadar, untuk dapat menikmati bakso ini artinya aku harus membuka masker. Padahal ibu selalu berpesan untuk tetap mengenakan masker jika bertemu dengan orang lain. Aku bimbang.Â
"Emh..kita makannya bergantian aja ya..."usulku. Kedua temanku melihatku bertanya-tanya.Â
"Kata ibu, makan bersama dengan orang lain bisa menjadi titik lengah untuk penularan covid. Jadi kita makannya bergantian ya..."tambahku lagi. Aku juga mulai beringsut untuk mengambil jarak dengan kedua orang temanku. Tiba-tiba pesan-pesan berkelebat di otakku. Termasuk pesan ibu untuk peka terhadap titik titik lengah penyebaran covid. Aku tiba-tiba tersadar dan mengamati penjual  bakso. Untunglah dia juga bermasker. Â
"Aku dan kamu saling menjaga, semoga dari hal sederhana seperti bergantian membuka masker saat makan ini bisa mengamankan kita dari titik lengah penularan. Gak apa-apa kan? Yang penting kan kita bisa tetap makan bakso.."rayuku.Â
Kedua temanku kemudian mengangguk mengiyakan. Mungkin mereka juga telah mendapat pesan yang sama dari ibu nya.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H