Kepala remaja 13 tahun itu mengangguk
"Tapi uti, ini nulisnya banyak banget. Gimana caranya. Capek kali uti..?"
"Tidak juga. Adek hanya perlu menulis saja. Satu tulisan tiap pekan, nanti lama-lama akan terkumpul sendiri. Adek hanya perlu konsisten melakukannya."Â
Lagi-lagi remaja itu menggerakkan tangan di gadgetnya. Mencermati tulisan-tulisan yang telah bertahun-tahun usianya. Kadang-kadang dia tertawa kecil ketika melihat ada yang lucu di dalamnya.Â
"Uti menulis cerpen yang isinya tentang mamah ya?" tuduhnya ketika suatu saat dibacanya tulisan yang mirip sekali dengan cerita mengenai  Giza di masa remaja. Ibu dari remaja kecil di depannya. Arina tersenyum. Dielusnya perlahan kepala gadis kecil itu. Terharu. Tulisan ini benar-benarisa diwariskan.Â
"Iya. Uti menuliskannya di sini untuk bisa dibaca ulang. Dan hari ini, adek berkesematan membaca ulang."Â
Tiba-tiba, dari arah belakang mereka, Â ada suara.Â
"Mah, hari ini kita masak apa ya?"Â
Itu suara Giza, anak remaja Arina yang mengingatkan  bahwa hari ini, 26 Desember 2020 Arina belum mulai turun ke dapur karena masih menulis cerpen di kompasiana.Â
Sedang mengukir mimpi menjadi nenek visioner. Hehe..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H