Hari-hari terakhir di bulan Desember 2020 ini menuntun Arina membuat catatan resolusi. Tak hanya untuk tahun 2021, Arina menyusun ulang skema impiannya hingga tahun 2038. Jika dihitung dari usianya yang saat ini 44 tahun, maka pada tahun 2038 itu usia Arina 62 tahun. Kita tidak pernah tahu usia kita akan sampai berapa, tapi jika Allah SWT sampaikan di usia itu maka kemungkinan besar  Arina telah menjadi seorang nenek.Â
Di kompasiana, sejauh yang Arina tahu ada banyak penulis yang usianya jauh di atas 62 tahun. Jika konsisten menulis sejak saat ini hingga 18 tahun yang akan datang, maka kemungkinan besar Arina akan memiliki ratusan atau bahkan ribuan tulisan. Kalau saat itu, Arina sudah punya cucu maka cucunya bisa diajaknya turut menulis juga untuk anak cucu mereka.Â
Arina belum bisa memprediksi bagaimana dunia buku di masa cucunya menjadi remaja kelak, hanya saja menulis di platform digital nampaknya akan terus menjadi trend. Nampaknya ini adalah salah satu hal yang harus ditularkan. Sebab menulis itu membuat Arina menjadi lebih tercerahkan. Mengekspresikan dengan lebih terstruktur.Â
Arina jadi terpikir mengenai pewarisan dalam bentuk tulisan dan video.Â
Arina menghitung jika saat ini menulis satu resep masakan per minggu, maka pada saat usianya 62 tahun kelak, cucu nya akan bisa mewarisi sekitar lebih dari  500 resep masakan.
 Jika video tutorial sederhana itu menuntun mereka memproduksi makanan peninggalan nenek moyang, maka mereka akan turut melestarikan budaya asli Indonesia. Barangkali koleksi tulisan resep dan video itu akan menjadi vintage di masa depan tapi setidaknya sebagai seorang nenek, Arina punya sesuatu yang bisa diwariskan.Â
Warisan itu berupa kemauan untuk tetap menulis dan bermanfaat serta aneka tutorial memproduksi aneka makanan rumahan . Seperti yang biasa Arina sajikan sehari-hari untuk keluarganya. Apa adanya.Â
Makanan sehari-hari itu tidak selalu istimewa tapi benar apa adanya. Kadang gosong, kadang terlalu lembek, bahkan tak jarang keasinan. Tapi itu semua adalah realita yang harus dihadapi dan tetap harus dikonsumsi.Â
Desember 2038.Â
"Jadi, ini semua hasil karya uti. Kok bisa nulis segini banyaknya sih. Gimana caranya?"tanya remaja 13 tahun itu ketika utinya memberinya link kompasiana yang berisi lebih dari 500 tulisan.Â
"Itu, karena uti memaksa diri menulis dan memproduksi video setiap pekannya. Uti menyiapkan ini 18 tahun lalu untuk hari inoi. Adek juga bisa mewariskan itu untuk cucu adrk kelak, jika adek mulai menulis hari ini. Mau? "
Kepala remaja 13 tahun itu mengangguk
"Tapi uti, ini nulisnya banyak banget. Gimana caranya. Capek kali uti..?"
"Tidak juga. Adek hanya perlu menulis saja. Satu tulisan tiap pekan, nanti lama-lama akan terkumpul sendiri. Adek hanya perlu konsisten melakukannya."Â
Lagi-lagi remaja itu menggerakkan tangan di gadgetnya. Mencermati tulisan-tulisan yang telah bertahun-tahun usianya. Kadang-kadang dia tertawa kecil ketika melihat ada yang lucu di dalamnya.Â
"Uti menulis cerpen yang isinya tentang mamah ya?" tuduhnya ketika suatu saat dibacanya tulisan yang mirip sekali dengan cerita mengenai  Giza di masa remaja. Ibu dari remaja kecil di depannya. Arina tersenyum. Dielusnya perlahan kepala gadis kecil itu. Terharu. Tulisan ini benar-benarisa diwariskan.Â
"Iya. Uti menuliskannya di sini untuk bisa dibaca ulang. Dan hari ini, adek berkesematan membaca ulang."Â
Tiba-tiba, dari arah belakang mereka, Â ada suara.Â
"Mah, hari ini kita masak apa ya?"Â
Itu suara Giza, anak remaja Arina yang mengingatkan  bahwa hari ini, 26 Desember 2020 Arina belum mulai turun ke dapur karena masih menulis cerpen di kompasiana.Â
Sedang mengukir mimpi menjadi nenek visioner. Hehe..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H