Mohon tunggu...
Minke Aulan Nisa
Minke Aulan Nisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Ibu dalam Perkembangan Psikososialisasi Anak pada tahap Intitative Vs Guilt

29 Desember 2022   19:30 Diperbarui: 29 Desember 2022   19:41 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abstract

Seiring dengan perkembangan anak usia dini terutama pada tahap perkembangan psikososial anak dalam tahap Intitative versus Guilt, Ibu dapat menjadi sosok rumah pertama dalam mendapat informasi mengenai tahap ini. Berdasarkan dari pandangan psikologi, Ibu memiliki jiwa penyayang dan rasa sabra yang begitu hebat. Maka dari itu, pengajaran mengenai hal ini tidak hanya dilakukan di bangku sekolah saja. Tetapi peran masyarakat sekitar dan terutama seorang Ibu, mempunyai peran yang tidak kalah pentingnya.

Keywords : Peran Ibu, Perkembangan  psikososial

PENDAHULUAN

Menurut KBBI pengertian dari Ibu adalah seseorang yang telah memiliki pasangan hidup atau disebut suami dan melahirkan buah hati. Sehingga pada umumnya seorang Ibu pasti memiliki rasa kasih sayang pada seorang anak karena dialah yang melahirkannya sendiri. Sedangkan menurut Santoso,2009 pada (Teori, n.d.)menyatakan bahwa peran Ibu terdapat pada segala bidang, mulai dari mengurus rumah tangga, suami, dan anak.

Berdasarkan pengertian di atas, Ibu memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan psikososial anak. Ibu dapat dikatakan sebagai rumah pertama seorang anak dalam memperoleh pengetahuan. Dan pemahaman tentang psikososial ini harus benar-benar difahami oleh seorang Ibu, sehingga tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Dalam Perkembangannya, bukan hanya guru yang menjadi pembimbing dalam memicu berhasilnya perkembangan tersebut. Tetapi, orang tua, masyarakat sekitar yang sebenarnya harus ikutserta berkolaborasi menjadi orang yang membantu perkembangan tersebut agar berjalan dengan baik, terutama seorang Ibu. Berdasarkan tinjauan dari padangan psikologi, ibu memiliki jiwa penyayang dan rasa telaten untuk mengajar anak. Sehingga Ibu sangat cocok dalam memberi wawasan dan memberi pemaham pada anak.

            Perkembangan psikososial sendiri berbeda dengan pengertian dari perkembangan psikoseksual yang dikemukakan oleh Sigmund freud pada (Habibie, 2017, p. 4) yaitu perkembangan psikoseksual pada anak memiliki titik sensitive tersendiri khususnya pada daerah seksual. Jika teori freud itu titik rangsang anak berada pada seksual, maka menurut Erik-erikson titik rangsang anak berada pada kegiatan social (Emiliza, 2019)

Teori Perkembangan Psikososial

Menurut Erikson, setiap tahapan dari perkembangan psikososial ini harus terlewati dengan baik. Hal ini dikarenakan setiapan tahapan tersebut memiliki krisisnya masing-masing. Diantara dari perkembangan psikososial menurut Erikson ada pada(Riendravi, n.d.) yaitu : Kepercayaan vs ketidakpercayaan, otonomi vs malu, Inisiatif vs Rasa Bersalah, Industri vs Inferioritas, Identitas vs Kebingungan Peran, Keintiman vs Isolasi, Generativitas vs Stagnasi, Interitas Ego vs Keputusan.

Salah satu tahapan dari yang dimaksud oleh Erikson pada(Riendravi, n.d.) adalah Tahap Intitiative versus Guilt atau Inisiatif vs Bersalah yaitu pada anak usia (3-6 tahun).

Pada tahap Intitiative versus Guilt ini, anak memasuki tahap memiliki jiwa merencanakan dan melaksanakan. Anak mulai berfikir akan berbuat apa dan mulai mewujudkan apa yang dia fikirkan. Pada Tahap ini juga di anggap sebagai usia prasekolah.

Hal ini dikarenakan anak mulai memiliki kecakapan-kecakapan dalam menyelurkan hobi dan kemampuannya. Jika tahap ini tidak dilewati dengan tepat, maka anak rawan mengalami kegagalan dalam pencapainnya. Maka dari itu pada usia ini anak mulai dimasukkan ke sekolah agar dapat meminimalisir dan dapat membantu anak dalam menghadapi kegagalan tersebut.

Melalui sekolah, anak dapat menyalurkan hobi-hobinya. Karena anak belum memiliki tujuan dan belum mengerti tentang apa yang sedang diinginkannya, maka memasukkan anak ke sekolah merupakan waktu yang tepat. Karena setiap anakpun memiliki rasa ingin yang berbeda-beda. Baik dalam segi kebaikan ataupun keburukan.

Meskipun demikian, Ibu tetap menjadi satu tempat utama tercapainya tahap ini dengan baik. Karena selain jangka waktu bertemu Ibu dengan guru di sekolah itu lebih lama. Koneksi antara Ibu dan anak sangatlah kuat. Maka dari itu, Ibu tetap menjadi salah satu peran penting dalam perkembangan anak.

  • Daftar Pustaka

Emiliza, T. (2019). psikososial anak. 1--79.

Habibie, A. (2017). PENGENALAN AURAT BAGI ANAK USIA DINI DALAM PANDANGAN ISLAM (Vol. 1, Issue 2).

Riendravi, S. (n.d.). PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK.

Teori, A. L. (n.d.). BAB II TINJAUAN PUSTAKA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun