Selain diolah kembali, warga juga mengolah kembali bumbu atau bahan masak yang ditemukan di TPA. Saus-sausan sampai kulit tortilla yang sudah dibuang pun diolah kembali untuk makanan sehari-hari.
Warga mengaku bahwa cara itu sudah mereka lakukan sedari lama untuk bertahan hidup. Setidaknya dengan memakan kembali makanan olahan tersebut, dapat mengisi perut yang kosong namun tidak mengeluarkan biaya yang banyak. Hal ini dikarenakan dominasi sampah yang ada di Bantar Gebang berasal dari limbah makanan.
Tentu saja hal ini menjadi perhatian dari berbagai pihak. Makanan yang sudah dibuang tidak dapat dikatakan layak konsumsi. Biasanya makanan yang dibuang sudah melewati tanggal kadaluarsa, sudah tak layak konsumsi (membusuk) ataupun sudah tidak fresh untuk disajikan kembali.
Meski begitu, memakan makanan yang sudah melalui proses pembuangan disertai sudah bercampur dengan barang-barang 'yang dibuang' lainnya dapat mengkontaminasi makanan terutama dari bakteri atau zat kimia berbahaya.
Untuk itu memakan kembali makanan yang sudah dibuang sangat tidak dianjurkan. Realita yang terjadi di Bantar Gebang perlu menjadi  perhatian berbagai pihak.
Kurangi Food Waste
Selain menunggu tindakan dari pemangku kebijakan, kita juga bisa mencegah agar teman-teman kita di Bantar Gebang atau yang tinggal disekitar TPA lainnya tidak memakan kembali makanan olahan sampah.
Sobat Minilemon dapat mengurangi food waste, atau sampah sisa dari makanan. Contohnya saat membeli atau berbelanja makanan, kita perlu mengusahakan agar membeli secukupnya. Selain tidak mubazir, hal ini juga membantu kita untuk mengurangi sampah makanan.
Kira-kira Sobat Minilemon ada saran lain untuk mengurangi foodwaste?
Jangan lewatkan keseruan dan info menarik lainnya dari para Minilemon di instagram @minilemon_id atau cek di website : minilemon.id ya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H