Mohon tunggu...
Mini GK
Mini GK Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Muda Yogyakarta

Mini GK; perempuan teman perjalanan buku dan kamu ^^ Penerima penghargaan karya sastra remaja terbaik 2015 Penulis novel #Abnormal #StandByMe #LeMannequin #PameranPatahHati

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tiupan Mimpi (Bagian 3)

26 September 2017   19:31 Diperbarui: 26 September 2017   19:36 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendarat dengan posisi tidak menguntungkan, yaitu tersungkur membuat hidung Atlas sedikit bengkok. Sedang Gady dalam posisi yang aman. Dia bangkit. Energinya seakan pulih di tempat itu.

"Di mana kita Atlas?"

"Indonesia. Ini adalah Jogja. Dan gunung yang menantang itu adalah merapi namanya. Itu gunung yang beberapa waktu yang lalu telah aku gambar. Dan kamu tahu, keadaan sekeliling ini adalah karena kerusakan yang sama persis tertulis di layar."

"Ya tulisanku." Gady menunduk. Dia seakan bersalah menyebabkan ini semuanya. Dia tak menyangka kalau akibatnya sedemikian parahnya. Ternyata apa yang dituliskan terkadang jauh dari yang terjadi. Bahkan kerusakan yang terjadi di sini teramat parah dari pada tulisan yang tidak sengaja dia tulis. Tapi kadang ada juga, kenyataan lebih indah dari pada yang tertulis. Semuanya berbeda. Dan memang bukan keahlian Gady untuk menyamakan. Toh, dia hanyalah penulis. Sedang alam ini ada yang menguasai, Zat yang dahsyat.

"Ya, aku tak tahu tulisan siapa. Yang pasti tulisan itu benar."

"Apa yang akan kita lakukan untuk menyelamatakan semua ini? Kita bukan Zat yang dahsyat itu Atlas."

"Tugasmu hanya menulis dan tugasku hanya menggambar."

"Aku tak paham?!"

"Di sini bukan di tempat kita. Di sini aturan kita tidak berlaku. Sekarang kamu tuliskan hal yang akan terjadi dengan sebaik-baiknya. Kamu hilangkan kehancuran berubah menjadi keindahan dan damai. Tak ada lagi bencana, kelaparan dan juga kekuasan tak semestinya."

"Itu tidak boleh."

"Boleh. Itu biasa disebut mimpi oleh mahkluk yang tinggal di tanah ini. Dan mimpi itu tidak ada yang boleh melarangnya."

"Lantas tugasmu?"

"Aku akan menggambarkan apa yang kamu tuliskan."

"Apa itu juga mimpi?"

"Iya. Mimpi mahklum-mahkluk di tanah ini seperti itu. Kita hanya menggambarkan dan menuliskan. Lalu kita tiupkan tulisan dan gambaran kita ke mimpi-mimpi mereka. Setelahnya mereka akan tersadar untuk ke kehidupan yang lebih baik lagi. Mahklum yang tinggal di sini, biasa dinamakan manusia. Kita akan terbiasa memanggilnya manusia. Jadi setiap manusia akan kita tiupkan mimpi-mimpi sebuah keindahan. Menghapus mimpi-mimpi sebuah kehancuran."

"Jadi kita berusaha mempengaruhi mereka?"

"Seperti tulisanmu di layar. Kamu bilang kamu dipengaruhi kekuatan yang kamu tak tahu. Berarti kita bisa mempengaruhi manusia-manusia itu. Menjadikan mimpi dan harapan yang kandas menjadi bersemi lagi."

"Ehem...."

"Waktu kita tidak banyak cepat."

Dan dengan kekuatan masing-masing. Gady menuliskan tentang hal-hal yang indah. Tentang sebuah kekuatan yang muncul dalam diri setiap manusia, mengubah sesuatu yang rumit dalam pikiran manusia menjadi sesuatu yang ada penyelesaiannya. Merubah tangis sebuah penderitaan menjadi sebuah harapan. Karena tangisan dan penderitaan itu tetap akan ditemukan jalannya. Bencana yang terjadi, dituliskan oleh Gady adalah sebuah peringatan akan Zat yang dahsyat. Adanya sebuah peringata itu menunjukkan agar kita mengingat akan Zat yang dahsyat tersebut. Dengan kekuatan mengolah kata dengan baik, Gady menyusun kata menjadi kalimat dan peristiwa yang akan mencapai klimaks dan sebuah jawaban jawaban penyelesaian.

Tak kalah dengan Gady, dengan pensil-pensil warna yang warna warni indahnya, Atlas mencoba menggambar apa yang tengah ditulis Gady. Tulisan Gady semakin cantik dan penuh warna setelah menjadi sebuah gambaran yang memesona dari tangan Atlas. Pohon keberuntungan yang mampu menyiptakan udara terasa begitu hidup dan sejuk dengan warna hijau dari pensil Atlas. Air-air sungai yang tadinya keruh kehitaman sesuai cerita Gady telah terjadi pencemaran, berubah menjadi sungai yang jernih sesuai dengan penyelasaian yaitu manusia mulai menyadari kalau kerusakan itu disebabkan oleh mereka sendiri.

Gady dan Atlas melakukannya dengan teliti, cepat dan sesuai perhitungan. Tak lama setelah semuanya jadi. Dengan kekuatan angin yang berhembus di sekeliling gunung merapi, mereka mulai meniupkan apa yang mereka tulis dan gambar ke mimpi-mimpi para manusia yang nun jauh di sekitar mereka tengah meratapi nasib.

Kalau di tempat Gady dan Atlas, bertindak demikian adalah sebuah pelanggaran. Namun di tanah itu, manusia dikarunia sebuah mimpi. Dan meniupkan sebuah mimpi indah itu bukanlah sesuatu yang melanggar aturan.

"Semuanya sudah Gady?"

"Ya sudah." Jawab Gady dengan anggukan mantap. Sekarang tubuhnya semakin memuda dari tadi. Dan terlihat lebih bertenaga, mungkin semua ini karena dia telah banyak menuliskan hal-hal indah.

"Kita akan pulang. Dan suatu hari nanti kita akan menuliskan dan mengambarkan, mimpi yang kita tiupkan ke orang-orang  di tanah ini dalam kitab di tempat kita."

"Baik. Kita pulang."

 Dengan cara yang sama, Gady dan Atlas menunjuk sebuah lorong dalam kitab.

bersambung...

Tiupan Mimpi

bagian 1

bagian 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun