Yoyo? Okey fine, Mas Budi tidak sedan bercanda dan saya jujur bahwa saya kenal yoyo sejak dari balita. Kamu?
Melihat Mas Budi begitu antusias menjelaskan proses kerjanya, saya semakin yakin dan jatuh cinta sama produk hasil karya Kakilangit. Ya Kakilangit, begitu yang saya dengar tentang rumah kerajinan milik Mas Budi.
Menurut penuturan Mas Budi, beliau bekerja tidak sendirian. Beliau dibantu istri dan beberapa karyawan untuk mengolah kayu-kayu sesuai dengan permintaan pasar. Tidak hanya membuat kalung atau souvenir kecil-kecil, mereka juga menerima pesanan dalam ukuran dan jumlah besar. Ribuan jumlahnya.
Di tempat ini (Mangunan) tidak hanya Mas Budi seorang yang berprofesi sebagai pengerajin kayu. Ada banyak pengerajin yang lain dengan produksi yang hampir serupa. Dari pengakuan Mas Budi, saya juga tahu kalau para pengerajin itu juga saling bekerjasama. Bentuk kerjasama mereka antara lain adalah saling membagi pesanan jika memang pesanan sedang dalam jumlah besar besarnya.
"Kalau di sini kewalahan, saya akan mengajak teman lain untuk ikut produksi."
Sambil mendengar Mas Budi bercerita panjang (yang hampir-hampir mereka habiskan memori ponsel) saya asyik memainkan sisa-sisa kayu yang tidak terpakai. Secara spontan muncul pertanyaan, "lalu sisa-sisa kayu ini diapakan?" Maksudnya sisa itu bukan potongan kayu tapi remah-remah hasil gergajian.
"Dijual ke tukang tahu."
Okey, jadi tidak ada yang terlahir sia-sia di bengkel ini.
Selain bercerita tentang produknya yang punya dua pasar; dalam dan luar negeri, dengan ramah (semua orang yang saya temui sore itu ramah-ramah) Mas Budi bercerita tentang perjalanan karirnya sebagai seorang pengerajin kayu.