Mohon tunggu...
Mini GK
Mini GK Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Muda Yogyakarta

Mini GK; perempuan teman perjalanan buku dan kamu ^^ Penerima penghargaan karya sastra remaja terbaik 2015 Penulis novel #Abnormal #StandByMe #LeMannequin #PameranPatahHati

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Nglanggeran Jadi Tuan Rumah di Rumah Sendiri

30 Januari 2017   02:38 Diperbarui: 30 Januari 2017   03:22 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari obrolan dengan para pengurus Desa Wisata Nglanggeran dikatakan bahwa tujuan dari didirikannya Geopark:

  • Melindungi keragaman bumi dan konservasi lingkungan
  • Penumbuhan dan pegembangan ekonomi lokal secara berkelanjutan melalui geowisata
  • Pendidikan dan riset ilmu geologi, biologi dan budaya secara luas
  • Melestarikan dan promosi warisan budaya

Kampung Pitu dan Prinsip Menjaga Amanah

Adalah sebuah bukti bahwa warga Indonesia punya prinsip kuat menjaga amanah.

Kampung Pitu semacam legenda yang tidak ada di daerah lain.

Dinamakan Kampung Pitu karena di tempat ini hanya memiliki tujuh kepala keluarga. Tidak pernah kurang mau pun lebih. Pada zaman lampau Kampung Pitu terkenal dengan nama Puncak Telogo. Diberi nama demikian karena di situlah terdapat satu-satunya sumber mata air yang tidak akan pernah kering. Di sana juga ada tempat pemandian kuda sembrani. Pernah ditemukan semacam bukti sejarah berupa batu dengan tapal bekas tapal kuda.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Di Kampung Pitu saya dan teman-teman disambut ramah oleh Mbah Rejo dan Mbah Yatno yang merupakan generasi ke tiga penghuni Kampung Pitu. Mbah Rejo merupakan keturunan Kyai Irokromo yang pertama kali menghuni kampung tersebut. Sementara Kyai Tir adalah leluhur dari Mbah Yatno.

Sejarah awal adanya Kampung Pitu adalah adanya penerawangan bahwa di tempat itu ada semacam benda pusaka yang tersembunyi. Pihak keraton seperti melakukan penawaran (sandiwara) barang siapa yang mampu menjaga pusaka tersebut akan mendapat hadiah berupa tanah/ alas yang bisa dinikmati sampai anak cucu. Saat itulah Kyai Irokromo berhasil menjaga pusaka tersebut.

Kampung Pitu berada di daerah paling tinggi dari Nglanggeran bahkan lebih tinggi dari Gunung Api Purba. Tidak banyak rumah kecuali milik tujuh kepala keluarga. Akses untuk ke keramaian sangat sulit. Jarak Sekolah Dasar paling dekat kurang lebih 7 KM, SMP dan SMA lebih jauh lagi. Untuk itu jika ada anak yang hendak melanjutkan sekolah lebih tinggi maka akan diungsikan/ dikirim ke kota, entah indekos atau dititip saudara.

Puncak Wayang dan Puncak Batu Bantal

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Selain unik dengan sejarahnya, Kampung Pitu juga dilengkapi dengan keindahan alam yang membentang luas. Tinggal jalan sekitar lima hingga sepuluh menit saya dan teman-teman menemukan bentangan batu alam dimana di sanalah tempat terbaik untuk memburu Sunrise dan sunset.

Di Puncak Wayang selain bisa berburu sunset bisa juga memandang si gagah Gunung Merapi. Begitu angkuh dan cantik di kejauhan. Sementara di Puncak Watu Bantal selain mendapat pemandangan yang cantik juga bisa melihat penampakan embung Nglanggeran dari kejauhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun