Dari obrolan dengan para pengurus Desa Wisata Nglanggeran dikatakan bahwa tujuan dari didirikannya Geopark:
- Melindungi keragaman bumi dan konservasi lingkungan
- Penumbuhan dan pegembangan ekonomi lokal secara berkelanjutan melalui geowisata
- Pendidikan dan riset ilmu geologi, biologi dan budaya secara luas
- Melestarikan dan promosi warisan budaya
Kampung Pitu dan Prinsip Menjaga Amanah
Adalah sebuah bukti bahwa warga Indonesia punya prinsip kuat menjaga amanah.
Kampung Pitu semacam legenda yang tidak ada di daerah lain.
Dinamakan Kampung Pitu karena di tempat ini hanya memiliki tujuh kepala keluarga. Tidak pernah kurang mau pun lebih. Pada zaman lampau Kampung Pitu terkenal dengan nama Puncak Telogo. Diberi nama demikian karena di situlah terdapat satu-satunya sumber mata air yang tidak akan pernah kering. Di sana juga ada tempat pemandian kuda sembrani. Pernah ditemukan semacam bukti sejarah berupa batu dengan tapal bekas tapal kuda.
Sejarah awal adanya Kampung Pitu adalah adanya penerawangan bahwa di tempat itu ada semacam benda pusaka yang tersembunyi. Pihak keraton seperti melakukan penawaran (sandiwara) barang siapa yang mampu menjaga pusaka tersebut akan mendapat hadiah berupa tanah/ alas yang bisa dinikmati sampai anak cucu. Saat itulah Kyai Irokromo berhasil menjaga pusaka tersebut.
Kampung Pitu berada di daerah paling tinggi dari Nglanggeran bahkan lebih tinggi dari Gunung Api Purba. Tidak banyak rumah kecuali milik tujuh kepala keluarga. Akses untuk ke keramaian sangat sulit. Jarak Sekolah Dasar paling dekat kurang lebih 7 KM, SMP dan SMA lebih jauh lagi. Untuk itu jika ada anak yang hendak melanjutkan sekolah lebih tinggi maka akan diungsikan/ dikirim ke kota, entah indekos atau dititip saudara.
Puncak Wayang dan Puncak Batu Bantal
Di Puncak Wayang selain bisa berburu sunset bisa juga memandang si gagah Gunung Merapi. Begitu angkuh dan cantik di kejauhan. Sementara di Puncak Watu Bantal selain mendapat pemandangan yang cantik juga bisa melihat penampakan embung Nglanggeran dari kejauhan.