Aku tidak tahu apakah Anu merayakan hari Natal atau tidak. Namun, rasanya hal yang paling bermakna adalah ketika kami dapat berbincang lama hingga tengah malam, walaupun berbeda keyakinan dan pemikiran, tidak menghalangi kami untuk saling bertukar pikiran dan merasakan nikmatnya memandang sesuatu di luar hitam dan putih atau benar dan salah semata. Ketika masih studi di Manchester beberapa tahun lalu, aku juga menyaksikan sebuah toleransi beragama yang mengesankan. Di kala hari besar Islam, pelajar Indonesia yang non-muslim datang dan ikut bergembira. Saat Natal, pelajar muslim diundang, bukan ke Gereja, sembari diyakinkan kalau semua makanan yang disajikan halal. Perbedaan agama bukan berarti memutuskan tali persaudaraan, meskipun tetap tidak ada tawar menawar dalam hal ibadah karena agama kita berbeda.
Setengah jam sebelum pukul dua belas malam, kami berpamitan pulang. Rintik hujan masih membasahi kota Bethlehem, harapan di hati umat Nasrani disini, esok pagi cerah. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H