Mohon tunggu...
Minearti
Minearti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Story tale ..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Another Side

6 Juli 2024   15:41 Diperbarui: 6 Juli 2024   15:45 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rey mengulangi hal yang sama, berlari memotong segerombolan siswa yang menonton di arah yang berlawanan. Posisi Bu Anita di tengah hanya menonton atraksi pion utama pertunjukan tanpa berkomentar. Dan setelahnya Bu Anita tertawa melihat kekonyolan murid premannya. Jelas sekali jika Rey tidak berniat untuk menjawab pertanyaan Bu Anita tentang bagaimana cara Rey memukul Andrey. Rey hanya bermain-main seperti anak kecil, tanpa mengerti soal yang dipermasalahkan. Dan apa yang dibutuhkan. Dia bebas untuk saat ini.

Aku akan memundurkan cerita tepat 2 jam yang lalu, disaat bel masuk kelas pertanda istirahat telah usai. Aku duduk di baris tengah ketiga. Dengan selingan barisan cowo lalu cewe dan seterusnya. Para siswa masuk ke kelas setelahnya. aku tidak terlalu memperdulikan mereka dan meneruskan perbincangan hangat dengan temanku. Suasanan aneh muncul setelah aku merasa kelas ini terlalu hening, tidak seperti hari biasanya. Semua anak murid duduk di kursi masing-masing. Hanya ada seorang temanku, Anji yang berdiri tepat di belakang pintu yang tetutup. 

Tidak berselang waktu, terdengar suara ketokan pintu. Tidak ada yang bergerak untuk membuka, karena kita tahu itu adalah kerjaan anak cowo kelas tentangga yang coba mengerjai kelas kami seperti hari biasa. Suara ketokan berubah menjadi suara gerebakan. Anji tetap diam, mungkin ia mencoba memahami orang yang menggerebak pintu. Pintu tidak terkunci. Jadi, apa susahnya membuka pintu tersebut jika seseorang di luar tersebut ingin masuk. Lalu gerebakan terulang berkali-kali hingga pintu terbuka. 

Terdapat Rey di luar. Aku akan mencoba mendeskripsikan keadaannnya yang sangat berantakan. Rey masuk dengan sempoyongan, baju seragam yang ia pakai lebih cocok dijadikan pel lantai karena saking kucelnya. Rambut hitamnya berantakan, wajahnya meringgas. Matanya sayup dan memerah, akan siap menerkamkan mangsa, rey berada di puncak amarah. 

Ia mencoba memukul Anji, Anji yang kebingungan berusaha menghindar hingga Rey berhasil memojokannya dan puas memukulnya. Aku tidak bisa melihat jelas keadaan keduanya karena terhalang dua meja dan kursi. Rey melemparkan Anji banyak kutukan. Mulai dari binatang yang najis lalu hal yang memang najis. Amarahnya tidak berhenti, Rey berkata tidak jelas.

" BERANINYA LO KUNCIIN GUE! PADAHAL GUA MAU MASUK! " 

Lalu, 

" EH, Axxx JAHAT LO! APA SALAH GUE! "

Aku mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi dan masih terjadi. Jelas-jelas pintu tertutup dan tidak terkunci. Semua orang sampai anak kecil akan bisa membuka pintu dengan mudah jika mereka memuter engsel pintu. Anji tidak menguncinya atau menahan pintu sampai harus mendapat pukulan dan makian. Beberapa siswi mencoba melerai dengan kata, namun ditahan oleh siswa. Seperti ada sesuatu yang mereka sembunyikan atau takutkan terjadi lebih parah dari ini. 

Setelah puas memaki Anji, Rey mengalihkan perhatiannya ke Tred, teman dekat Rey dari kecil. Tred duduk di barisan belakang membuat aku dapat melihat mata merah Rey dengan jelas saat ia melangkah mendekati Tred. Beberapa siswi mulai menyingkir dari barisan depan saat Rey mulai masuk. Mereka menangis dan berpindah ke bagian paling aman. Tred berdiri menghampiri Rey, tepat di sisi kiriku mereka berbicara. Alarmku berbunyi, petanda ini tidak baik. Tetapi aku tetap berdiam di kursiku dan menyaksikan.

TEGA LO, NYURUH ANAK KELAS LO NGUNCIIN GUA-KAN! "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun