Mohon tunggu...
Cathaleya Soffa
Cathaleya Soffa Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu Rumah Tangga

Bersyukur dan jalani saja hidup ini. Man jadda wa jadaa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Angin, Cahaya, dan Tumpukan Manik-manik

29 Desember 2018   13:53 Diperbarui: 29 Desember 2018   14:30 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Angin bertiup kencang dari arah tak terduga. Semiliri genting genting. Diantara ranting dahan yang meliuk. Kesiur. Pohon yang bertumbuh. Kau akar yang menghujam.

Segenap sinar yang membeku. Cahaya yang tersapu. Adalah senandung ceria daun daun yang mengalun. Itu pijar pijar lentera yang menyala. Ciut di batang batang bambu. Kau belantara, di rimbun semak dan belukar.

Lalu siang bergeser. Temukan ranah di tumpukan kilau manik manik. Apakah itu kilat di cahaya yang berjatuhan? Sebagai petir di waktu hujan. Atau sebagai guntur sewaktu rimis menerpa.

Sekali lagi, kau yang tersirat. 

Ciputat, 29 Desember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun