Mohon tunggu...
Mimpin Sembiring
Mimpin Sembiring Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Psikologi pada Sekolah Tinggi Pastoral Santo Bonaventura Delitua Medan

Suka belajar dan berenang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mindfulness dan Mindlesness dalam Belajar: Sebuah Refleksi

8 Januari 2025   10:24 Diperbarui: 8 Januari 2025   10:24 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menemukan passion dalam hidup sering kali terasa seperti pencarian yang panjang dan penuh teka-teki. Banyak orang terjebak dalam rutinitas, mencoba berbagai hal tanpa benar-benar mengetahui apa yang sebenarnya mereka cintai. Mereka terus berlari, namun kadang-kadang seperti berlari tanpa tujuan. Mereka terjebak dalam pola "mindlessness", bergerak dari satu hal ke hal lain tanpa pernah berhenti untuk merenung: Apakah ini benar-benar yang saya inginkan?

Di sinilah mindfulness hadir, sebagai penuntun yang membantu kita berhenti sejenak dan melihat ke dalam. Mindfulness bukan hanya tentang fokus pada apa yang kita lakukan, tetapi juga tentang kesadaran penuh terhadap diri kita—tentang apa yang membuat kita merasa hidup, apa yang membuat kita bersemangat. Mindfulness membawa kita untuk merenung: Apa yang benar-benar saya nikmati? Dan untuk menjawab pertanyaan itu, kita perlu mengenal diri kita lebih dalam, mendengarkan suara hati kita.

Begitulah RIASEC—model yang mengelompokkan minat ke dalam enam bidang utama—menjadi alat yang berguna dalam menemukan passion kita. Dengan mindfulness, kita dapat lebih jernih melihat apakah kita lebih tertarik pada pekerjaan yang bersifat Realistic, seperti bekerja dengan tangan atau alat? Atau mungkin kita lebih tertarik pada pekerjaan yang bersifat Investigative, yang menuntut kita untuk berpikir analitis dan menemukan solusi? Apakah kita lebih tertarik pada kreativitas dalam bidang Artistic, atau lebih memilih berinteraksi dengan orang lain dalam bidang Social? Atau mungkin, kita tergerak untuk bekerja dalam posisi yang mengarah pada dunia bisnis dan ekonomi, seperti pada Enterprising atau Conventional?

Mindlessness, di sisi lain, seringkali membuat kita terjebak dalam pilihan yang bukan berasal dari diri kita, melainkan dipengaruhi oleh harapan orang lain atau tekanan sosial. Kita mungkin memilih jurusan, karier, atau pekerjaan hanya karena itu dianggap "baik" atau "terhormat", tanpa mengetahui apakah itu benar-benar membuat kita bahagia. Seperti berjalan di jalan yang kita tidak tahu arahnya, kita bisa saja terjebak dalam rutinitas yang bukan milik kita.

Namun, ketika kita menghadapi hidup dengan mindfulness, kita akan lebih mudah untuk mengenali apa yang sebenarnya memberi kepuasan. Dengan kesadaran penuh, kita bisa mengeksplorasi setiap aspek dalam RIASEC dan menemukan di mana hati kita benar-benar bersemangat. Ketika kita memilih jalur yang sesuai dengan passion kita—baik itu dalam dunia sosial, seni, penelitian, atau bisnis—maka hidup kita akan lebih bermakna. Kita tidak hanya bergerak tanpa arah, tetapi kita berlari menuju sesuatu yang memotivasi kita.

Pada akhirnya, menemukan passion bukanlah tentang mencari jawaban yang cepat, tetapi tentang menyelami lebih dalam siapa kita sebenarnya, dengan pikiran yang jernih dan hati yang terbuka. Itulah kenapa mindfulness adalah kunci untuk menemukan jalur yang tepat, bukan hanya bagi diri kita, tetapi juga bagi karier yang bisa memberi kebahagiaan dan makna seumur hidup.

Multiple Intelligences, Mindfulness, dan Mindlessness bagi Mahasiswa

Dalam dunia pendidikan, Howard Gardner memperkenalkan konsep Multiple Intelligences (MI), yang menyatakan bahwa kecerdasan tidaklah tunggal, tetapi terdiri dari berbagai jenis yang berbeda. Gardner mengidentifikasi delapan jenis kecerdasan yang mencakup kecerdasan linguistik, logis-matematis, spasial, musikal, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan naturalistik. Konsep ini membuka pandangan baru bahwa setiap mahasiswa memiliki potensi kecerdasan yang berbeda-beda, dan inilah yang seharusnya dihargai dalam proses pembelajaran.

Namun, meskipun memiliki kecerdasan yang beragam, banyak mahasiswa yang terkadang merasa terjebak dalam pola mindlessness, bergerak mengikuti rutinitas tanpa benar-benar mengenal kekuatan yang ada dalam diri mereka. Mereka terjebak dalam tuntutan akademik yang mengabaikan bagaimana cara belajar yang paling sesuai dengan potensi mereka. Seorang mahasiswa yang mungkin memiliki kecerdasan musikal bisa saja merasa frustrasi di dunia yang menilai kecerdasan hanya berdasarkan tes logika dan angka. Begitu pula, mereka yang lebih berbakat dalam kecerdasan interpersonal atau intrapersonal mungkin merasa terasingkan dalam sistem yang lebih mengutamakan pencapaian akademik individual.

Di sinilah mindfulness berperan. Mindfulness bukan hanya tentang kesadaran saat kita belajar, tetapi juga kesadaran terhadap diri sendiri. Mahasiswa yang mengembangkan mindfulness akan lebih mampu mengenali gaya belajar mereka sendiri, mengidentifikasi kecerdasan yang dominan dalam diri mereka, dan menyesuaikan strategi belajar yang sesuai dengan kecerdasan tersebut. Misalnya, seorang mahasiswa dengan kecerdasan kinestetik dapat lebih efektif belajar dengan cara praktek langsung atau melalui aktivitas fisik, sementara yang memiliki kecerdasan linguistik akan merasa lebih nyaman dengan membaca dan menulis.

Mindfulness juga membantu mahasiswa untuk mengatur emosi mereka. Ketika seseorang sadar dengan apa yang dirasakannya, seperti kecemasan sebelum ujian atau kebosanan dalam perkuliahan, mereka dapat merespons dengan cara yang lebih bijak. Dengan mengenali keadaan internal mereka, mahasiswa bisa menemukan cara yang tepat untuk mengelola stres, memaksimalkan kekuatan kecerdasan yang ada, dan menghindari kejadian-kejadian mindlessness, seperti belajar hanya karena terpaksa atau mengikuti arus tanpa kesadaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun