"Apa alasan mareka menolak sebagai panitia? Apa honornya kurang besar," tanya Matbengel sembari menyeruput kopi.
"Bukan itu alasannya Pak Kades. Mareka  menolak menjadi panitia karena mareka ndak paham  dengan aturan permainan ini. Jadi mareka takut mepermalukan kampung kita karena ketidakpahaman mareka. Beda dengan sepakbola ataupun gasing yang merupakan olahraga tradisional dan telah mendarah daging bagi masyarakat," jelas Pak Sekdes.
Suasana ruangan Matbengel sepi. Sunyi. Tak ada lagi suara. Terdiam. Hanya desah nafas Matbengel yang turun naik. Bingung.
Matahari sudah mulai menuju ke peraduannya. Matbengel sedang asyik berbincang dengan istrinya di ruang depan rumah dinas kades.
"Gimana Pak persiapan turnamen golfnya? Kok sepi-sepi bae? Biasanya kan kalo ada turnamen sepakbola atau kasti, udah ramai desa kita ini dengan beragam atribut turnamen," tanya sang istri sambil menyodorkan segelas kopi hangat di atas meja.
"Itulah Bu yang membuat aku bingung. Pertandingan tak lama lagi. Masyarakat enggan jadi panitia. Alasanya mareka ndak paham dengan aturan permainan golf ini. Mareka nggak mau Desa kita ini malu karena ketidakpahaman mareka terhadap golf," keluh Matbengel dengan wajah penuh kebingungan.
"Apa ndak sebaiknya dibatalkan saja Pak? Mumpung waktunya masih ada. Serahkan saja kepada desa lain yang masyarakatnya banyak yang menggemari olahraga golf ini dan memahaminya," saran istri Matbengel.Â
Matbengel terdiam. Matanya menerawang. Pikirannya melayang jauh.
Hari itu, sejumlah masyarakat dari berbagai elemen dan organisasi yang resmi berkumpul di Balai Desa Ancoklilot. Mareka datang ke Balai Desa memenuhi undangan Pak Kades.
"Saudara saudara sekalian. Hari ini, saya sebagai kades akan menyampaikan kepada warga bahwa Turnamen Golf Tingkat Provinsi yang rencananya akan digelar di desa kita batal dilaksanakan. Saya sudah sampaikan kepada Pak Camat, bahwa turnamen golf itu tidak cocok dilaksanakan di desa kita. Alasannya karena dari zaman dahulu hingga sekarang ini, desa kita ini dikenal sebagai pelahir pesepakbola unggul dan mumpuni. Bukan pelahir golfer," jelas Matbengel dengan nada tegas.
Masyarakat yang hadir pun terdiam seribu bahasa mendengar paparan Matbengel. Seiring dengan itu, Â tubuh Matbengel pun roboh dari kursi yang didudukinya.
Toboali, Minggu, 19 Desember 2021